Menyoal Tenaga Kerja Asing
Ancaman tenaga kerja asing yang berasal dari Cina menyerbu Indonesia itu nyata bukan hanya dalam pengeloaan sumber daya alam tetapi kebijakan kerjasama proyek Cina di Indonesia yang telah menyepakati persyaratan investasi Cina yang sepaket dengan tenaga kerjanya. Meskipun investasi yang sepaket dengan tenaga kerjanya hanya pada proyek yang terima jadi, namun pada faktanya persyaratan itu banyak di langgar dengan semakin banyaknya warga Cina masuk ke Indonesia hingga menjadi mayoritas pada kampung tertentu.
Indonesia dalam serbuan tenaga kerja Cina, tentunya akan berdampak pada situasi ekonomi karena banyaknya lapangan kerja yang diambil alih oleh WNA dan sebagian warga pribumi di serap hanya sebagai pekerja kasar dalam suatu proyek infrastruktur maupun pengeloaan sumber daya alam.
Jika alasan tenaga kerja lokal tidak digunakan sebab SDM yang dimiliki tidak berkualitas jika dibandingkan SDM tenaga kerja asing lebih berkualitas, tentunya ini bukan akar masalah. Sebab, pemerintahlah yang telah memberikan peluang bagi investor asing terutama Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia. Tiongkok lah yang memiliki modal dan mereka bebas menentukan siapa yang akan menjadi tenaga kerjanya. Hal ini memberikan peluang kepada investor mendatangkan tenaga kerja asal negaranya, terlebih lagi pemerintah mempermudah aksesnya, sehingga tenaga kerja lokal kalah saing dengan tenaga kerja asing.
Kebijakan pemerintah yang memberlakukan bebas visa kepada sejumlah negara berimbas kepada bertambahnya TKA di Indonesia. Kebijakan ini akan membunuh tenaga kerja dalam negeri. Mereka akan tergeser dengan hadirnya tenaga kerja asing yang dipermudah aksesnya oleh pemerintah. Banyaknya tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia tidak lepas dari rezim neoliberalisme yang lebih mementingkan kepentingan asing dari pada rakyatnya.
Selain itu, banyaknya TKA yang masuk ke negeri ini tidak lepas dari sistem ekonomi kapitalisme yang masih diterapkan dinegeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Sistem ekonomi kapitalislah yang menjadikan negara tidak mampu untuk mandiri. Tentunya sebuah pertanyaan akan muncul mengapa ini bisa terjadi? Sebab saat ini hampir semua kekayaan alam milik rakyat telah di kuasai oleh Asing dan Aseng. Hasil kekayaan alam yang sejatinya milik rakyat lari ke laur negeri.
Terlepas perkara investasi, masuknya Cina ke Indonesia akan berdampak pula pada ideologi, sebab mereka tidak hanya menanamkan modal atau bekerja, mereka juga membawa ideologi sosialis bahkan ateis yang akan berdampak pada rusaknya aqidah jika terus dibiarkan. Belum lagi maraknya pernikahan sirih antara tenaga kerja asing asal Cina dengan warga local. Sebagai contoh yang terjadi dikecamatan Morosi yang menjadi sorotan Kemenag Sultra.
Nikah sirih warga lokal dengan TKA Cina marak terjadi didaerah tersebut, sebagaimana di lansir sultrakini.com pada awal januari. Kejadian tersebut seharusnya menambah kekhawatiran dengan masuknya TKA ke Indonesia sebab dapat berpengaruh pada permasalahan sosial yang saat ini mulai nampak.
[irp posts=”2224″ name=”Mayat Tanpa Busana Ditemukan Tewas di Samping Rumah Makan”]
TKA yang mayoritas non muslim dengan ideologi sosialis yang diemban, tentunya memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang jauh berbeda dengan adat ketimuran yang selama ini di gaungkan Indonesia yang kemudian akan berimplikasi dengan lahirnya generasi-generasi yang berasal dari sumber yang ateis. Berdasarkan hal ini, banyaknya dampak yang disebabkan masuknya tenaga kerja asing seharusnya semakin membuka mata kita bahwa sistem kapitalisme yang masih bercokol di negeri ini yang menjadi biang kerok dari segala ancaman yang ada. Sistem ini telah berhasil melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro 3A yaitu asing, aseng dan asong.
Komentar