
PORTALSULTRA.COM – “Wamboro kencing lagi dan mengepung kota kenangan (Kendari)” Kurang lebih seperti ini kalimat pertama yang saya saksikan pertama kali di beranda facebook yang menceritakan dan menggambarkan tentang keadaan kota genangan (Kendari) setelah diguyur hujan dua hari dua malam.
Banyak rumah-rumah warga yang terendam dan dihanyutkan banjir. Daerah paling parah terkena banjir adalah Lepo-lepo, Andonuhu dan Wanggu. Sedangkan daerah lainya hanya mengalami banjir yang ringan saja.
Bukan hanya Kendari yang kebanjiran, ternyata rumah Mark Zuckeberg, dalam hal ini facebook juga kebanjiran status, like, dan komentar mengenai berita banjir ini. Komentarnya beragam, mulai dari yang prihatin, sampai menyalahkan pihak tertentu.
Kebanyakan masyarakat yang mengirim banjir dalam bentuk postingan dan komentar menyalahkan pemerintah kota Kendari dengan kelemahan serta ketidakberdayaanya dalam mengatasi masalah banjir ini.
Bahkan ada tuduhan paling konyol yang menyalahkan dan mempertanyakan dimana walikota dan wakil walikota terpilih serta apa yang mereka kerjakan setelah menang di pilwali beberapa bulan yang lalu.
Saya menyebutnya konyol, sebab kedua pasangan yang menang itu belum dilantik dan seyogyanya belum bisa merealisasikan program kerja yang mereka rencanakan pada saat kampanye.
Dan untuk tuduhan ini, saya mengajak masyarakat yang tidak tabayun itu, untuk ikut piknik bersama saya dengan berlayar di tengah genangan.
“Lalu siapa yang patut kita salahkan di kasus banjir ini ?” Kalimat ini dilontarkan oleh salah satu pengguna facebook yang ikut nimbrung di sebuah forum komentar.
Dan tiba-tiba, puluhan orang yang begitu jumawa dan perkasa, langsung menohok walikota dan wakil walikota yang belum didemisioner jabatannya ( Asrun dan Musadar ).
Dengan tete bengek mereka, bahwa pak Asrun dan pak Musadar tidak becus dan tidak bisa menangani masalah banjir yang sudah terjadi kedua kalinya.
Dan setelah menyaksikan komentar-komentar itu, saya langsung mencium bau-bau dendam kekalahan di pilwali beberapa bulan yang lalu. Maafkan saya kalau saya suudzon. Tapi, sepertinya begitulah adanya. Sungguh.
Saya percaya, kalau di dunia ini ada yang baik ada yang buruk, ada yang haq ada yang batil, dan ada Hujan pasti juga ada redanya. Begitu juga, ada status baik dan status buruk.
Di salah satu beranda, saya menemukan status keren yang mengupas sisi lain dari tentang siapa yang patut disalahkan dari musibah banjir ini.
Kakak keren itu menjelaskan, bahwa ketika matari baru saja menyibak tirai langit, di By Pass jalan depan Citra Land yang ikut terendam banjir.
Ia menyaksikan mobil fortuner plat merah menurunkan kaca jendela membuang sekantong sampah (di jalan) sambil tetap jalan dengan kecepatan tinggi.
Di kesempatan selanjutnya, di dekat jembatan pasar baru menuju kampus, dua perempuan yang berboncengan membuang botol plastik yang masih berisi setengah air mineral.
Lalu di sebuah angkot seorang ibu-ibu yang barangkali saat ini mengeluh rumahnya kebanjiran membuang plastik di jalan. Dan di forum-forum resmi, kulit permen gelas air mineral kotak makanan berserahkan menghasilkan sampah.
Padahal setiap hari, mereka selalu nyampah dengan cerewet tentang manusia yang harus mencintai lingkungan. Dan hasilnya, dari kita yang saking seringnya kita nyampah dan membuang sampah, akhirnya Tuhan yang maha perkasa mendaur ulang sampah-sampah kita menjadi banjir yang mengubah kota kenangan menjadi kota genangan.
Lalu, jika ada yang iseng mengomentari coret-coretan aneh saya ini, dan bertanya “ jadi menurutmu banjir ini salah siapa ? Saya akan tersenyum manis dan menjawab “ ini salah kita (Manusia). []
Komentar