PORTALSULTRA.COM – Momen politik selalu hadir menyisakan 2 hal besar yang selalu berulang, yaitu kegembiraan, kesenangan bagi pihak pemenang, dan kekecewaan, kesedihan bagi pihak yang kalah.
Namun, jarang ada orang yang jiwanya melebihi menang-kalah, susah-senang dalam momen seperti ini. Biasanya kalau menang senang atau gembira berlebihan. Kalau kalah, kecewanya meluber ke hadapan publik sekalipun.
Pak Musaddar Mappasomba, akrabnya dipanggil pak Musaddar, adalah figur yang sementara ini berhasil melewati menang kalah dalam momen politik dengan sukses. Sebagai Wakil Walikota Kendari 2 periode, ia selanjutnya memiliki modal politik yang besar untuk maju sebagai calon walikota dengan elektabilitas tertinggi. Ia juga sudah bersosialisasi dengan blusukan ke berbagai tokoh dan masyarakat, memasang spanduk, menyebarkan stiker, tampil di media massa, serta membentuk tim pemenangan.
Akan tetapi, menjelang akhir penetapan para partai mengusung pasangan calon, ia tidak lolos. Partai yang mengusung beliau selama ini memilih orang lain sebagai calon walikota, yang dipasangkan dengan calon wakil dari kader partai sendiri. Tentu ada alasannya, yang juga sangat kuat.
Sesungguhnya menang dan kalah adalah orkestra kehidupan, dan ini bisa dilewati oleh Pak Musaddar, yang juga tokoh tulen Muhammadiyah Sulawesi Tenggara ini. Kita tidak tahu persis isi hati beliau, namun ia pun tampak aktif dalam berbagai kegiatan dan menemui banyak pihak seolah tidak terjadi apa-apa.
Barangkali ada sesuatu yang perlu dimiliki agar bisa menjadi seperti beliau ini:
1. Pemahaman bahwa jabatan bukanlah segalanya. Pengabdian dan memberi kemanfaatan kepada banyak orang bukanlah dominasi jabatan politik saja.
2. Jabatan publik adalah amanah yang cukup besar, dan tak perlu memperbesar ambisi dan berlebihan dalam mempertahankan jabatan. Sekali waktu ia datang, dan suatu saat ia akan pergi. Perlu persiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan.
3. Kerendahhatian. Biasanya siapa yang memasang ketinggian hati di atas jabatan, maka akan kecewa dan mengalami kepedihan setelah jabatan itu lewat.
Inilah yang barangkali disebut oleh Dale Carnegie (motivator hidup dunia) sebagai berjiwa besar, yang dengannya siapa saja memandang persoalan yang dianggap besar menjadi kecil. Kalau sudah demikian, akan tertutup pintu dari kesedihan dan kekecewaan berlebihan. Malah menjadi motivasi yang besar untuk berbuat lebih pada bidang yang lain.
Maka mari, siapa saja saat meraih jabatan publik jangan senang atau gembira berlebihan. Sebab, suatu saat ia akan meninggalkan kita, atau kita yang akan tinggalkan dan diambil alih oleh orang lain. WaLlahu a’lam.
Antasalam Ajo, Baubau
Komentar