Biru-biru yang Tak Syar’i

Opini288 views

Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Berbicara terkait warna kesukaan, pastinya pilihan masing-masing orang berbeda. Bagi penulis warna favorit adalah warna biru. Karena bagi saya biru itu cerah, menyemangati dan menyenangkan. Tapi disini, kita gak bakalan berbicara soal warna yahh tetapi film remaja yang lagi viral saat ini. Hmm tau kan film apa..? Ok, film yang akan kita bahas ini adalah yang menceritakan sepasang remaja yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas. Dalam film ini sepasang remaja ini menjalin hubungan hingga diluar batas sehingga mengakibatkan pemeran wanitanya hamil diluar nikah, kalo mau dibilang sihh film di ibaratkan kayak pengantin muda yang lagi merasakan indahnya jatuh cinta.

Film berjudul “2 Garis Biru” yang dibintangi oleh Angga Yunanda (Bima) dan Zara JKT48 (Dara) diproduksi oleh Starvision Plus ini telah dijadwalkan tayang 11 Juli 2019 lalu diseluruh bioskop Indonesia. Antusiasme penonton dari kalangan remaja  membludak hingga di kabarkan dalam 6 hari mencapai 1 juta penonton. Nah, pertanyaannya… layakkah film ini di apresiasi dengan alasan memberikan Sex Education kepada kepada remaja-remaja diseluruh Indonesia? Jawabannya tentu tidak. Kenapa? Yuk, kita simak beberapa penjelasannya :

Pertama, dalam film ini jelas memberikan kebebasan yang melanggar aturan islam. 

Kedua, film ini seolah-olah membolehkan kita boleh kok pacaran, kita boleh kok ngeseks yang penting kita mampu untuk bertanggung jawab.

Dan ketiga, tidak ada sama sekali pendidikan agama didalamnya yang mengajarkan bagaimana berakhlak sesuai dengan tuntunan syariah.

Maka dimana Sex Education-nya? Apakah memberikan Sex Education harus lewat tontonan yang jelas-jelas kontennya melanggar syari’ah? Inilah letak kekeliruan dalam menyampaikan, memperlihatkan serta mengajarkan anak-anak tentang seks. 

Lantas, bagaimana islam sendiri menyikapi permasalahan ini? Bagaimana Islam memandang terkait Sex Education?. Nah untuk menjawab kedua pertanyaan ini kita harus tahu dulu bahwa, didalam Islam itu tidak mengajarkan yang namanya pacaran apalagi sampai ngeseks bebas tanpa ikatan pernikanan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa ta’ala dalam QS Al Isra ayat 32 :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا 

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Dalil diatas sudah cukup jelas bukan bahwa kita diperintahkan untuk menjauhi perbuatan zina, serta jauhilah segala sesuatu yang bisa mengantarkan padanya, karena zina itu sendiri adalah amalan paling keji dan jalan yang sangat buruk karena akibat adanya ketidak jelasan nasab anak hasil zina dan azab Allah. Na’udzubillah min Dzalik.

Disini, islam sangat memperhatikan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, terkait hubungan antara laki-laki dan perempuan itu pada dasarnya terpisah,  tidak boleh ikhtilat (Campur baur antar yang bukan mahrom) maupun khalwat (Berdua-duaan). Meskipun kita tahu bahwa setiap manusia itu memiliki naluri untuk mempertahankan jenis (Naluri Na’u) yang salah satu implementasinya berupa ketertarikan kepada lawan jenis dan potensi itu tidak bisa dihilangkan karena itu merupakan fitrah manusia. Hanya bias dikendalikan oleh akal kita menggunakan hukum-hukum syariat dari Allah SWT.

Adapun terkait Naluri Na’u ini disalurkan, didalam islam juga punya cara yaitu dengan menikah. Karena hanya dengan menikah kita boleh menyalurkan syahwat kita kepada lawan jenis bukan dengan pacaran. Sex Education didalam islam sendiri diajarkan bagaimana menjaga interaksi diantara lawan jenis, menghindari tontonan yang memicu adanya rangsangan, dan yang paling utama yaitu menanamkan pemahaman aqidah kepada anak-anak agar dalam setiap aktivitasnya di sekolah maupun dimana saja tidak melanggar aturan islam. Maka sebagai remaja kita harus cerdas dalam menyikapi sesuatu termaksud tontonan. Karena kita adalah generasi harapan bangsa dan agama. Kita adalah estafet untuk melanjutkan kehidupan islam, kita adalah Agent of Change, pembawa perubahan, pengukir peradaban, tentunya untuk tegaknya kegemilangan islam.

Wallahu A’lam Bishshowab

Komentar