BMKG: Equinox Fenomena Biasa, Masyarakat Dihimbau Tenang

Nasional241 views

Foto: dok. BMKG.

Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui siaran persnya, Senin (25/3/2019) menanggapi beredarnya berita yang menyebutkan adanya fenomena equinox yang menyebabkan peningkatan suhu ekstrem berakibat sun stroke dan dehidrasi adalah perlu diluruskan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Drs. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc menjelaskan bahwa, equinox adalah salah satu fenomena astronomi dimana matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Prabowo menjelaskan saat fenomena ini berlangsung, matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat konsekuensinya wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum.

Namun begitu, lanjut Prabowo, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrim.

“Secara umum, diketahui rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36°C,” ujar Prabowo.

Berdasakan pengamatan BMKG, suhu maksimum tertinggi pada 23 Maret 2019 tercatat 37,6°C di Meulaboh, Aceh.

“Equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika, dan Amerika yang merupakan kejadian peningkatan suhu udara ekstrim di luar kebiasaan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,” jelas Prabowo.

Menyikapi hal tersebut, Prabowo mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.

Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab/basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa/periode transisi/pancaroba. Maka ada baiknya, masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.***

Komentar