Bolimo Karo Somanamo Lipu ‘Abaikan Kepentingan Diri Demi Bangsa’

Opini4,586 views
Oleh: Dr. Amirudin Rahim, M.Hum / Sumber Gambar : http://puterputerkota.blogspot.com

OPINI, PORTALSULTRA.COM – Bukan hanya cinta monyet yang putus pada ibu pertiwi yang bernama Indonesia, tapi juga urat malu putus sehelai demi sehelai. Aku mulai berhipotesis tentang cinta kita pada Indonesia, bahwa itu hanya semisal kelakuan anak remaja termakan cinta monyet, yang mengaku cinta sepenuh hati sampai ngaku cinta mati, padahal sejatinya tak bermalu di depan keluarga besar yg bernama rakyat Indonesia. Biasanya, rasa malu itu terlihat di wajah yang tunduk tersipu kemerah-merahan, sementara wajah itu berwarna merah padam. Alih-alih berwajah manis pada rakyat, sebaliknya wajah garang yang dipertontonkan agar rakyat pada takut.
#cintaNKRI

Demi Allah! Jangan kau ajari anak generasi dengan pelajaran budi pekerti yang tak bermalu atau pendidikan karakter yang tak manusiawi. Ketahuilah bahwa Pendidikan Pancasila yang dulu bernama PMP (Pendidikan Moral Pancasila) itu mengajarkan kita akan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa dari nenek moyang ke cicit-cicitnya, dimana rasa malu mencegah manusia Indonesia berkata bohong kepada kekasih, bahkan kepada musuh. Tapi kau yang disumpah sebagai abdi negara (yang ditakuti rakyat) telah membuat dagelan yang mempermalukan negeri kita tercinta, Indonesia, dengan logika nafsu yang serba terbalik.
#logikanafsu.

Apakah in bukan dagelan yang mempermalukan kita semua?
#logikanafsu.

*Ada kejahatan pembacokan terjadi. Kau memburu pelakunya untuk diajak makan bersama?

*Ada pembakar masjid. Kau mengundangnya ke istana untuk menjaga toleransi?

*Ada pejabat menghina Al-Quran. Kau menangkap pelapornya untuk mencegah kehebohan?

*Ada guru yang mencubit muridnya. Kau memenjarakannya untuk menjaga wibawa profesi guru?

*Ada koruptor kakap yg pandai suap-suapan. Kau salahkan auditornya untuk menjaga maru’ah institusi?

*Ada chat hoax yang beredar. Kau buru pelaku fiktifnya untuk menjaga supremasi hukum?

*Ada biduan menghina Pancasila. Kau muliakan dia menjadi duta Pancasila yg dihinanya?

*Ada tersangka teroris. Kau tembak mati dia untuk membungkam kesaksiannya?

*Ada umat Islam mayoritas di bumi khatulistiwa. Kau ancam mereka demi menjaga makna demokrasi?

Berhentilah! Karena, sebuah negara dan bangsa akan berdiri kokoh apabila dibangun di atas cinta dan kasih sayang. Yang menyatukan kita adalah hati, bukan negara itu sendiri. Negara hanyalah wadah. Manakala ego dan kepentingan pribadi didahulukan, maka runtuhlah negara itu, dari bata demi bata. Jika fondasi negara digali pula dan dipreteli asas-asasnya, maka robohlah negara itu. Kalau sudah begitu, apakah masih ada gunanya teriakan, “NKRI HARGA MATI” selain sekadar slogan semata?
#cintaNKRI

Ini kuberi tahu tentang satu nasihat leluhur kita dari Tanah Buton yang mengatakan, “BOLIMO KARO SOMANAMO LIPU” yang artinya, “Abaikan Kepentingan Diri Sendiri Demi Kepentingan Bangsa dan Negara”. Atas prinsip inilah, pada tahun 1960, secara resmi Kesultanan Buton memutuskan untuk melebur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tapi, yang banyak dipertontonkan sekarang pada kami rakyat yang dilanda takut ini adalah BOLIMO LIPU SOMANAMO KARO ‘Abaikan Kepentingan Bangsa dan Negara Demi Kepentingan Pribadi’. Jangan heran kalau ada rakyat ditanya, “Tahukah engkau apa arti BOLIMO KARO SOMANAMO LIPU?” Dengan enteng ia menjawab, “BOLIMO INGKAMI RAEYATI SOMANAMO INGKOMIU PAMARINTA” (Abaikan Saja Kepentingan Kami Rakyatmu, Demi Kepentingan Kalian Sebagai Pemerintah/Penguasa).
#cintaNKRI

Kendari, 13 Juli 2017

Komentar