Oleh: Fitriani Abbas (Aktivis Back to Muslim Identity Kolaka)
Menjelang pemilihan presiden pada tanggal 17 April 2019, para politisi tidak lagi memperhatikan kehidupan rakyatnya yang makin menderita oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan dan beban kehidupan yang makin berat dengan naiknya harga barang-barang. Para politisi ini hanya disibukkan dengan pertarungan memperebutkan dukungan rakyat, bahkan tidak segan-segan mereka melakukan segala cara, tipu muslihat, adu domba dan saling fitnah.
Republika.co.id, Jakarta-Calon presiden (capres) nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi), mengajak pendukungnya untuk lebih militan dalam menggaet dukungan dari masyarakat yang belum menentukan pilihan untuk pilpres nanti. Jokowi meminta relawan untuk ramai-ramai mengajak tetangga dan saudaranya untuk menggunakan hak pilihnya pada 17 April mendatang.
Dalam deklarasi dukungan oleh Pengusaha Pekerja ProJokowi (KerJo) Jokowi hadir di lokasi acara sekitar pukul 19.00 WIB setelah sebelumnya menjajal operasi Moda Raya Terpadu (MRT), sebagai Presiden RI. Dalam deklarasi dukungan malam itu, para pengusaha yang tergabung dalam KerJo mengklaim telah mengumpulkan 10.000 pengusaha untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf. Dalam deklarasi itu pula Joko Widodo melakukan adu domba dengan menyebut organisasi berbahaya mendukung paslon 02 Prabowo Subianto.
‘‘Bapak ibu mau memilih yang didukung oleh organisasi-organisasi yang itu? Mau? Mau? Mau? Saya enggak nyebut, tetapi sudah tau sendiri kan?’’ kata Jokowi dalam acara yang dihadiri para pengusaha di Isnator Senayan, Kamis (21/3).
Jokowi berkali-kali menekankan agar para pendukungnya berperan dalam menekan angka golput dalam pemilu mendatang. Jokowi juga meminta pendukungnya agar tidak takut terhadap hasutan atau teror yang diterima dari oknum-oknum tak bertanggung jawab karena ia telah meminta TNI dan Polri mengamankan jalannya pesta demokrasi.
‘‘Jangan takut kalau ditakut-takuti. Jangan takut ditakut-takuti. Tidak perlu takut Karena kita dijaga oleh TNI dan Polri. Saya sudah perintahkan kepada panglima TNI dan Kapolri untuk menjaga proses demokrasi Negara,’’ kata Jokowi.
Demokrasi, Buah Kapitalisme
Dalam deklarasi yang dilaksanakan di Isnator Senayan Jokowi secara jelas melakukan adu domba dengan menyebut organisasi berbahaya mendukung Prabowo Subianto. Pengamat politik, Muslim Arbi mengatakan ‘‘Jokowi terlihat panik dengan menyebut ada organisasi tertentu mendukung Prabowo,’’ ungkapnya dalam pernyataan kepada suaranasional, Sabtu (23/3/2019).
Dengan melakukan adu domba oleh paslon 01 ini menjadi bukti bahwa demokrasi adalah buah dari paham kapitalisme yang menganut sistem dimana memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam hal kekuasaan saja penguasa tidak lagi mementingkan kepentingan rakyatnya, mereka hanya memikirkan bagaimana meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya, bahkan menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan. Mulai dari melakukan tipu muslihat, adu domba, hingga menyebarkan hoax untuk menjatuhkan lawan pasangannya.
Konsep demokrasi yang sejatinya merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, ternyata tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Bahkan di era ini benarlah kata pepatah yang mengatakan “yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin”, betapa tidak, kebijakan pemerintah saat ini justru lebih berpihak kepada pemilik modal dan abai terhadap kepentingan rakyat. Hukum yang diterapkan juga ibarat hukum pisau “tajam ke bawah tumpul ke atas. Jadi tidak heran jika kekuasaan itu bagaikan permainan, melakukan apapun untuk mempertahankan posisinya karena rakus akan kekuasaan. Pemimpin tidak lagi sibuk dengan tugas dan tanggungjawabnya tetapi sibuk untuk memperoleh materi semata.
Bahkan isu khilafah menjadi senyata untuk menakut-nakuti penantang petahana dalam memperoleh suara rakyat, isu ini dihembuskan oleh paslon 01 bahkan capres 02 didukung oleh organisasi berbahaya yaitu kelompok islam radikal dan ekstremis. Kepala Negara yang sejatinya menyatukan umat yang terpecah-belah justru melontarkan kalimat yang makin memperuncing perpecahan. Entah organisasi apa yang Jokowi maksud, tapi tidak selayaknya kalimat itu keluar dari mulut seorang pemimpin.
Khilafah Solusi yang Menuntaskan
Islam adalah agama yang paling sempurna dan paripurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan, mengatur mulai dari bangun tidur hingga bangun Negara termasuk dalam hal kepemimpinan. Dalam islam kepemimpinan yang diajarkan Rasulullah ialah pemimpin yang memiliki sifat siddiq, fatanah, amanah dan tabligh. Islam mengajarkan tidak selayaknya pemimpin membuat perpecahan pada umat dan melakukan adu domba. Nabi juga bersabda bahwa para penghasut tidak akan masuk surga: “Dari Hudzaifah, beliau mendapatkan laporan tentang adanya seseorang yang suka melakukan namimah maka beliau mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda, “Pelaku adu domba tidak akan masuk surga.” (HR Muslim no. 303).
Hadits ini sangat jelas bahwa sikap mengadu domba merupakan salah satu dosa besar yang membuat pelakunya tidak akan masuk surga. Sudah seharusnya pemimpin memberikan pengayoman (ri’ayah) kepada umat dengan menerapkan sistem islam secara kaffah dengan adanya Daulah Khilafah sebagai wadah terlaksananya seluruh aturan Allah. Khilafah bukanlah momok yang menakutkan, bukan pula impian, khayalan ataupun ilusi. Tetapi khilfah adalah solusi atas segala permasalahan umat saat ini. Ini telah terbuktinya dengan islam pernah berjaya selama 13 abad dan terbukti mampu mensejahterahkan umat.
Alhasil, Islam membangun kekuasaan politik diatas dasar kesadaran umat atas kesahihan ideologi islam dan kemampuannya dalam menyelesaikan problem kehidupan. Sehingga kekuasaan diraih justru untuk menegakkan ketaatan bukan menang-menangan. Dan dengan kekuasaan itulah maka kesejahteraan dan keberkahan hidup bisa diwujudkan.
Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah SWT, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” (HR. Bukhari & Muslim). Wallahu a’lam.
Komentar