Dibalik Ribuan Mahasiswa UHO yang Ilegal, Ini Jawaban Usman Rianse

UHO468 views
Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S

KENDARI, PORTALSULTRA.COM – Mantan Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Usman Rianse memberikan jawaban terkait demonstrasi para mahasiswa beberapa waktu lalu yang menuntut penyelesaian ribuan mahasiswa UHO yang ilegal atau tidak terdaftar di pangkalan data Kemeristekdikti atau Forlap Dikti.

“Di Dikti ada perubahan sistem, dari Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) ke Forlap. Kemudian di UHO sendiri itu terjadi penyesuaian. Dan semua Prodi sudah mengumpul data ke bagian IT. Makanya, pada saya jadi Rektor dan akan LPJ, saya sendiri yang turun tangan awasi langsung di TIK. Saya lihat dan memang rasional,” jelas Usman Rianse saat ditemui portalsultra.com, Selasa (21/3/2017).

Lanjut Usman Rianse, “Kenapa ada masalah? Pertama, ialah karena transfer sistem, pasti ada penyesuaian. Dan yang kedua, memang semester genap belum masuk, yang angkatan 2016 itu nanti Februari ini baru masuk. Jadi seperti itu. Bahkan kita juga sudah datangkan dari Kementrian untuk membenahi masalah connecting,” terangnya.

Usman Rianse yang pernah menjabat Rektor UHO selama dua periode, membantah jika uang pembayaran SPP ribuan mahasiswa itu di korupsi atau masuk kontong pribadinya.

“Jadi sebenarnya, bukan dikorupsi. Misalnya, akhirnya dananya digunakan pribadi. Tidak! Layanan disini itu sama. Dekan-dekan itu tau berapa jumlah mahasiswanya. Persoalannya kesana, itu perlu diperbaiki. Kan begini, dulu EPSBED itu, kadang-kadang bisa ada singkatan, sekarang dia tidak bisa, harus nama di tulis lengkap. Jadi kalau begitu, tiba disana, dia hilang itu datanya,” beber Usman Rianse.

Kemudian tambah Usman, “Satu lagi, pada waktu EPSBED, tidak semua data mahasiswa valid. Jadi yang masuk Forlap itu, hanya yang valid saja. Kalau dia tidak bayar SPP, mohon maaf, kadangkala kita punya mahasiswa sampai 30% tidak bayar SPP. Jadi itu di operator, bukan ke Rektor. Sistem kita memang yang harus dibenahi. Bukan rektornya yang salah,” tambahnya.

Dari itu, Usman Rianse yang juga merupakan Guru Besar di Fakultas Pertanian mengatakan bahwa, mereka yang di TIK itu jangan berfikir seperti dengan Rektor.

“Jadi TIK itu jangan berfikir seperti rektor. Semua Fakultas dan Prodi kan ada Unit Informasi dan Teknologi. Disitu sebenarnya. Jadi pada waktu Siakad, ada mahasiswa yang tidak aktif, tidak diberi tanda, hanya persoalan, oh ini aktif, ini tidak,” kata Usman Rianse.

Usman Rianse bahkan menuding jika salah satu penyebabnya ialah tidak adanya Wakil Rektor 1 yang membantu ia dalam menyelesaikan persoalan itu.

“Disitulah masalahnya kita. Selama kurang lebih 11 bulan, kan saya tidak punya Wakil Rektor 1, jadi disitu masalahnya. Bukan saya sengaja sembunyi 16 ribu itu, dan masuk kantong. Bagaimana caranya itu?,” pungkasnya.

Penulis : Benny Syaputra Laponangi

Komentar