Gelombang Arus Mudik dan Nasib Para Lansia

Opini517 views

Foto: Istimewa.

Data yang dirilis WHO, 95℅ kamatian akibat covid 19 di Eropa didominasi oleh Lansia. Di Perancis, kematian lansia akibat covid 19 menyumbangkan angka tertinggi sebanyak 5.387 kasus. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Data yang dirilis kementerian kesehatan per 12 Mei 2020, segmen usia yang paling banyak terpapar covid 19 mereka yang berada pada usia 46- 59 tahun yaitu sebanyak 29,4℅. Disusul posisi berikutnya usia 31-45 sebanyak 28,9℅. Sementara jumlah kasus positif Covid-19 pada segmen usia diatas 60 tahun sebanyak 17,2℅. Akan tetapi, hal yang harus menjadi perhatian kita adalah, kasus kematian yang diakibatkan Covid-19 di Indonesia justru didominasi oleh mereka yang berada pada usia diatas 60 tahun yang angkanya mencapai 45,1℅.

Kemudian jika bicara terkait CFR, Case Fatality Rate, angka kefatalan atau kematian pada lansia akibat covid 19, hingga saat ini CFR pada pasien terkonfirmasi positif covid 19 usia diatas 60 tahun mencatatkan angka tertinggi yaitu sebesar 18,2℅. Artinya, jika ada 100 lansia yang terkonfirmasi positif covid 19, maka 18 lansia meninggal. Dan angka itu bisa jadi akan terus bertambah jika mobilisasi arus mudik dari daerah zona merah ke berbagai wilayah di Indonesia terus terjadi.

Kita masih ingat, Ciamis mencatatkan kasus pertama covid 19 adalah seorang lansia yang tertular covid 19 setelah anaknya mudik dari daerah zona merah. Pada April lalu, salah satu pasien covid 19 di Kabupaten Klaten Jateng adalah seorang lansia yang tertular cucunya yang baru saja pulang dari daerah zona merah.

Mendekati moment lebaran ini, jika gelombang arus mudik terus saja terjadi, maka segmen masyarakat yang paling riskan terdampak adalah para lansia.

Sebagaimana kita ketahui, lansia dengan fungsi organ tubuh yang sudah menurun, berakibat pada lemahnya daya tahan atau imunitas tubuh. Terlebih jika lansia memiliki penyakit hipertensi, diabetes jantung, asma atau kanker.
Oleh karenanya sebuah gerakan harus bersama kita lakukan. Stay at home, mengurangi mobilitas orang untuk menekan angka penularan.

Data yang dirilis Pemrov DKI menyebutkan, semakin banyak tinggal di rumah semakin sedikit kemungkinan penularan covid 19.

Hal ini membuktikan bahwa stay at home sangat efektif menekan penularan sekaligus mengurangi angka kasus positif covid 19.

Akan tetapi, fenomena yang terjadi mendekati moment lebaran ini, justru terjadi gelombang arus mudik ke berbagai kota di Indonesia. Dibukanya akses moda transportasi menjadikan gelombang arus mudik tak bisa lagi dicegah. Hingga akhirnya pada Rabu 20 Mei 2020 penambahan kasus positif covid 19 dalam sehari mencetak rekor tertinggi dari sejak kasus pertama dan kedua diumumkan yaitu sebanyak 693 kasus.

Angka itu masih mungkin akan melesat jauh jika gelombang arus mudik terus terjadi dan pusat-pusat perbelanjaan masih berjubel. Kondisi ini akan sangat berimbas pada nasib para lansia yang merupakan segmen masyarakat yang paling riskan tertular covid 19.

Oleh karenanya sebuah gerakan untuk menjaga para simbah dari wabah harus bersama kita lakukan. Diantaranya dengan Tunda Mudik, stay at home dan hindari kerumunan.

Masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengekspresikan cinta perhatian dan birul walidain pada orang tua kita, tanpa harus membayakan keselamatan mereka.

Saat kasus covid meledak di Italia pada Maret lalu, para dokter harus mengambil keputusan sulit, keterbatasan ventilator dan tenaga medis membuat mereka harus memilih menyelamatkan pasien covid 19 yang kemungkinan selamatnya lebih tinggi dan membiarkan pasien covid 19 usia lanjut meninggal. Hal ini karena pasien covid 19 usia lanjut kemungkinan selamatnya lebih kecil.

Kita tidak ingin hal ini terjadi di Indonesia. Oleh karenanya dimulai dari diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, bersama kita jaga simbah dari wabah.

Kendari, 21 Mei 2020
Tri Kaeksi
Relawan Inspirasi Rumah Zakat Kota Kendari

Komentar