Generasi Babak Belur Akibat Sistem Sekuler

Opini776 views

Oleh: Risnawati (Penulis Buku Jurus Jitu Marketing Dakwah)

Liputan6.com, Tasikmalaya – Masyarakat Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tengah meradang, setelah pasangan suami istri, warga mereka, terbongkar melakukan adegan ranjang secara live di depan Anak Baru Gede (ABG), seharga goceng alias Rp5.000.

Untuk menghindari amukan massa, Polresta Tasikmalaya langsung mengamankan pasangan suami istri (pasutri) E, (25) dan L, (24), warga Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya.

Keduanya diketahui kabur, setelah tontonan berbayar hubungan seks di depan ABG yang dilakukan keduanya, terbongkar publik. Keduanya tanpa ragu mempertontonkan adegan suami istri tersebut kepada anak-anak berusia 11 tahunan, hingga membolehkan merekamnya.

Kapolres Tasikmalaya Kota, AKB Febry Kurniawan Ma’ruf mengatakan, pengungkapan kasus itu berasal laporan warga termasuk Komisi Perempuan Anak Indonesia (KPAI) Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

“Akhirnya kita cek ke rumahnya dan meminta saksi hingga pengejaran dan akhirnya pasangan itu ditangkap,” ujarnya Selasa, 18 Juni 2019.

Sebelumnya, dilansir kurang lebih 19 bocah rata-rata usia 12 tahun asal kecamatan Garut kota, Garut, diduga ketagihan seks menyimpang karena setelah menonton video porno hubungan sejenis. Ada korban yang sejak kelas 3 SD kecanduan. Dimana 19 anak itu terdiri dari 18 anak laki-laki dan 1 bocah perempuan. Mereka rata-rata berusia 6 – 12 tahun. Sementara itu menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak ( KPA ) Jabar Diah Puspitasari, belasan bocah itu diduga menjadi penyuka sesama jenis karena dipertontonkan video porno gay oleh tetangganya yang kabarnya juga masih dibawah umur (Detiknews, 24 April 2019).

Langkah pemerintah untuk memutus rantai problematika generasi memang patut diapresiasi. Namun, kita pun perlu melihat pula hasil dari usaha tersebut. Jika dilihat dari fakta di atas, permasalahan generasi semakin lama bukannya berkurang tapi justru meningkat. Sehingga, upaya untuk mengatasi hal tesebut rupanya belum membuahkan hasil signifikan. Inilah yang perlu kita pikirkan, untuk mencabut akar masalahnya dan memberi solusi solutif bagi generasi muda. 

Akar Masalah

Jika ditelaah, kondisi kerusakan generasi saat ini tidak lepas dari pengaruh paham liberalisme dari barat yang merupakan Skenario Global untuk menyuburkan kerusakan mental dan menyesatkan generasi Islam. Paham ini mengajarkan kepada generasi untuk bebas berbuat tanpa mempertimbangkan aturan agama. Maka tidak heran generasi saat ini dengan bebas bisa menonton adengan porno, mengambil gambar, mengirim gambar, bahkan menyebarkan video lewat dunia digital marak terjadi. Kondisi kerusakan generasi ini tentu harus menjadi perhatian yang serius bagi kita semua, baik orang tua, masyarakat maupun negara. Tentu kita tidak rela jika suatu saat nanti kita akan dipimpin oleh generasi yang rusak secara akhlak.

Banyak pihak mencoba menyelesaikan masalah kerusakan moral generasi, namun nyatanya solusi-solusi yang mereka tawarkan tidak mampu menyelesaikan masalah dengan tuntas. Hal ini disebabkan karena solusi yang ditawarkan adalah solusi sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Tak heran masalah ini tidak kunjung bisa diatasi.

Ibarat dokter yang sedang mendiagnosis pasiennya agar obat yang nantinya diberikan tepat, maka kita pun perlu ‘mendiagnosis sakit’ yang diderita para generasi. Permasalahan yang membelenggu generasi kita tak luput dari tiga faktor, yakni orang tua, masyarakat, dan negara. 

Orang tua berperan sebagai rujukan pertama dan utama bagi anak anaknya. Orang tualah yang dituntut untuk menanamkan pendidikan keimanan, membangun ketaatan pada agama (hukum Allah), serta memberikan teladan kebaikan pada anak anaknya. Begitu pula masyarakat sebagai salah satu sekolah besar bagi generasi berperan melakukan kontrol sosial untuk mencegah berbagai tindakan yang menyalahi norma dan agama. Tapi saat ini, masyarakat cenderung abai terhadap kondisi dan masalah yang terjadi. Dan adapun negara adalah pihak yang berperan besar melindungi generasi, berwenang menerapkan berbagai kebijakan mulai dari politik, ekonomi, sosial, pendikan, dan sebagainya. Saat ini negara kita tengah menerapkan sistem pendidikan sekular-materialistik. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan menghasilkan dikotomi pendidikan yang sudah berjalan puluhan tahun, yakni antara pendidikan ‘agama’ di satu sisi dengan pendidikan umum di sisi lain. Agama ditempatkan sekedar sebagai salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan dari seluruh aspek.

Sistem liberalisme-sekuler inilah yang menjadi penyebab rendahnya ketakwaan individu dan masyarakat juga minimnya pengetahuan masyarakat  terhadap syariat Islam, serta penyebab lemahnya pemahaman masyarakat terhadap Islam sebagai solusi hidup.

Sistem rusak ini, juga telah menyibukkan masyarakat dengan kehidupan materialistis yang membuat lemahnya pengawasan baik dari keluarga maupun masyarakat terhadap perkembangan ide dan pemikiran ini. Akibatnya, serangan tidak hanya menimpa orang dewasa, melainkan juga anak-anak para penerus generasi masa depan. Dan juga tidak ada satupun UU di negeri ini yang melarang perilaku tersebut. Ini merupakan sebuah ancaman, maka tak bisa dibiarkan.

Islam Solusi yang Menuntaskan

Solusi untuk menuntaskan masalah itu semua seharusnya dengan jalan Islam saja. Hanya Islam yang mampu menyelamatkan generasi muda dari liberalisasi yang jelas-jelas merusak. Dengan penerapan Islam secara kaffah akan melindungi generasi dari kerusakan media dan pergaulan bebas secara komprehensif. Peradaban Islam akan melahirkan generasi yang berkualitas, generasi yang sholeh dan sholehah, bertaqwa, penyejuk bagi orang tua, pengemban dakwah yang cerdas dan intelektual dan menjadi pemimpin umat terbaik. 

Jika ingin menyelamatkan generasi, maka butuh solusi fundamental untuk menuntaskan problematika hingga akarnya, yakni mengganti sistem sekuler-demokrasi yang menjauhkan manusia dari agama dengan sistem yang membuat manusia senantiasa tunduk pada agama. Sistem itu adalah sistem Islam, yang diterapkan melalui Khilafah Islamiyyah.

Karena itu, Islam memberikan perhatian besar kepada generasi muda, bahkan sejak dini. Di masa lalu, banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu, khilafah memberikan perhatian besar pada generasi muda ini.

Dengan bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, ditopang dengan pembentukan sikap dan nafsiyah yang mantap, kehidupan pemuda di era khilafah jauh dari hura-hura, dugem dan kehidupan hedonistik lainnya. Mereka tidak mengonsumsi miras, atau narkoba, baik sebagai dopping, pelarian atau sejenisnya. Karena ketika mereka mempunyai masalah, keyakinan mereka kepada Allah, qadha’ dan qadar, rizki, ajal, termasuk tawakal begitu luar biasa. Masalah apapun yang mereka hadapi bisa mereka pecahkan. Mereka pun jauh dari stres, apalagi menjamah miras dan narkoba untuk melarikan diri dari masalah.

Marilah kita menjadi orang yang peduli terhadap masa depan generasi, tidak ada solusi lain untuk menyelesaikan permasalahan ini kecuali dengan kembali menerapkan aturan Allah SWT. Wallahu a’lam.

Komentar