Oleh: Silmi Kaffah
Indonesia terkenal sebagai negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Inilah pula yang menyebabkan sumber kekayaan alam Indonesia tergantung pada hasil pertanian, dan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilannya adalah ketersediaan air yang cukup dan lancar. Sebab air merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Namun, pada kenyataannya keberadaan air di suatu daerah tidak selalu tersedia dengan baik. Di Indonesia yang beriklim tropis, kekurangan pasokan air biasanya terjadi pada musim kemarau yang menyebabkan kekeringan.
Kekeringan yang kemudian mengakibatkan suatu daerah mengalami kekurangan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan dalam masa yang berkepanjangan. Penyebabnya pun beragam, dari faktor alamiah dan faktor antropogenik atau ketidakpatuhan manusia terhadap aturan. Berdasarkan faktor alamiah, kekeringan ini disebabkan karena kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman pada periode waktu tertentu dalam suatu wilayah yang luas. Sedangkan berdasarkan faktor antropogenik, kekeringan ini disebabkan karena ketidakpatuhan pengguna terhadap pola penggunaan air yang berlebihan serta adanya kerusakan-kerusakan kawasan-kawasan air dan sumber air. Selain dari kedua faktor tersebut, kekeringan di Indonesia sangat berkaitan dengan fenomena El-Nino Southem Oscilation (ENSO). ENSO ini mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Dampak yang dapat terlihat dalam sektor pertanian adalah dengan bergesernya awal musim kemarau yang menyebabkan berubahnya pola tanam karena adanya kekeringan.
Kekeringan yang terjadi di Indonesia merupakan persoalan yang memiliki dampak cukup signifikan terutama dalam bidang pertanian dan kegiatan pangan yang banyak mengalami kerugian.
Dampak terjadinya kekeringan yang bisa kita lihat pada saat ini yaitu turunnya produksi tanaman sehingga tanaman mati dan mengganggu hidrologis lingkungan. Karena produksi tanaman yang rendah, para petani mengalami kerugian secara material maupun finansial, kekeringan ini sudah terjadi dimana-mana dan akan mengancam ketahanan pangan nasional.
Berdasarkan catatan BMKG, wilayah yang memiliki potensi kekeringan adalah yang telah mengalami HTH lebih dari 60 hari dan diperkirakan curah hujan rendah alias kurang dari 20 mm dalam 10 hari mendatang dengan peluang lebih dari 70%.
Daerah itu meliputi Bekasi, Karawang, dan Indramayu di Provinsi Jawa Barat; Karanganyar, Klaten, Magelang, Purworejo, Rembang, Semarang, Semarang, dan Wonogiri (Jawa Tengah); sejumlah daerah di Jawa Timur; Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, dan yang lainya.
Akar Masalah
Kekeringan yang terjadi tentu tidak mungkin terjadi tanpa ada sebabnya. Fakta menunjukkan bahwa di negeri ini begitu banyak penebangan pohon secara liar serta pembakaran hutan secara sengaja. Belum lagi pembangunan pabrik-pabrik di sejumlah daerah dan kurang bersyukurnya manusia. Sehingga hutan tidak bisa lagi menyimpan cadangan air yang cukup dan adanya pembuangan limbah pabrik di sembarang tempat, yang kemudian mengakibatkan kurangnya pasokan air bersih terhadap kelangsungan hidup ekosistem alam, serta masyarakat dan terutama para petani.
Pemerintah hanya bisa memberikan solusi dan bantuan pasokan air bersih sementara dan tidak berjangka panjang, akibatnya masyarakat semakin melarat. Apalagi yang tinggal di pegunungan sangat sulit sekali untuk mendapatkan pasokan air bersih untuk kelangsungan hidup mereka.
Hal ini wajar sebenarnya terjadi, sebab negeri ini menerapkan sistem demokrasi kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga manusia sekehendaknya saja membuat aturannya sendiri, tidak memikirkan dampak buruk yang terjadi di kemudian hari. Maka jangan heran bila banjir dan kemarau panjang melanda negeri ini, karena tidak di terapkannya aturan Islam secara menyeluruh, terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim terbesar di dunia.
Sebab, apabila pemerintah dan masyarakat bersatu dalam menerapkan aturan Allah SWT. Maka keberkahan di langit dan di bumi, Allah akan limpahkan kepada seluruh alam terutama manusia yang taat kepada Allah dan Rosul-Nya, sehingga musim banjir dan kemarau panjangpun bisa di atasi bersama atas izin Allah SWT.
Kekeringan yang terjadi saat ini bisa saja merupakan, teguran, peringatan, atau bahkan azab dari Allah SWT agar kita mengintrospeksi diri apakah selama ini kita melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, atau kita berdiam diri terhadap perbuat kemaksiatan yang terjadi di hadapan kita.
Oleh karena itu Khalifah sebagai perisai dan pelindung umat, akan memimpin seluruh rakyatnya untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepadaNya, meninggalkan kemaksiatan dan menutup tempat-tempatnya, baik melalui shalat istisqa’, anjuran untuk berdoa dan mendoakan di hari, waktu dan tempat yang mustajab agar Allah menurunkan hujan untuk kemaslahatan umat.
Ini pernah terjadi di masa Nabi saw. ketika Madinah mengalami kekeringan, masyarakat datang menghadap Nabi sebagai kepala negara untuk berdoa, agar Allah menurunkan hujan. Nabi saw. pun mengajak penduduk Madinah untuk melakukan shalat istisqa’ di lapangan, yang kini dibangun Masjid Ghamamah. Setelah itu, hujan pun turun tak henti-henti sepanjang hari, sampai mereka pun datang kembali kepada Nabi saw. untuk berdoa, agar hujan berhenti. Demikian pula pada masa Umar bin Khatthab menjadi Khalifah, sungai Nil meluap hingga menyebabkan terjadinya banjir di daerah sekitarnya.
Umar pun menulis surat kepada sungai Nil, agar berhenti meluap. Sungai itu pun berhenti. Sa’ad bin Abi Waqqash, panglima Perang Qadisiyah, ketika hendak menaklukkan Persia, harus menaklukkan sungai Dajlah. Sa’ad yang doanya memang mustajab itu memimpin doa, dan bersama pasukannya beliau berhasil melintasi sungai yang ganas itu bersama pasukan berkuda.
Hal yang patut kita renungkan adalah firman Allah SWT “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Q.s. al-A’raf: 96].
Bencana yang datang silih berganti di negeri ini bisa jadi disebabkan karena negeri ini telah mendustakan ayat-ayat (hukum) Allah dan lebih memilih menerapkan hukum-hukum kufur kapitalisme, liberalisme. Karenanya, negeri ini selalu dihadapkan dengan masalah yang tanpa ada solusinya, kalaupun ada, solusi tersebut akan selalu memunculkan masalah yang baru.
Sungguh sangat disayangkan negeri yang mayoritas muslim (apalagi terbesar di dunia), pemimpinnya pun muslim, menjadi negeri yang terpuruk dengan berbagai masalah yang tidak terselesaikan. Padahal umat Islam adalah ‘kuntum khaira ummat’, pernah tercatat sebagai kiblatnya peradaban dunia, temuan-temuan sains dan teknologinya luar biasa. Tetapi karena umat ini mencampakkan Islam dan menghamba pada hukum dan negara kufur maka seperti inilah balasannya.
Oleh karena itu, jika kita ingin mengembalikan pada keberkahan yang akan dilimpahkan Allah dari langit dan bumi, maka tiada hal lain selain kembali pada syariah Allah, pemimpinnya menerapkan hukum-hukum Allah dalam naungan sebuah negara seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW yaitu negara Khilafah.
Dengan pemimpin yang amanah, jujur, bertanggung jawab dan takut kepada Allah, sehingga Allah SWT berfirman yang artinya;
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, supaya kamu diberi Rahmat (QS. Ali ‘Imran: 132)”. Wallahu a’alam bisshowab.
Komentar