Oleh: Masitah (Anggota Smart With Islam Kolaka)
Sempat viral, amblasnya jalan yang mengundang kemacetan di Kelurahan Rawua Kecamatan Sampara, kondisinya kini makin mengkhawatirkan. Pemerintah sama sekali belum melakukan apapun untuk memperbaikinya, padahal kondisi ini sudah berlangsung berminggu-minggu. Pantauan Detiksultra.com di lokasi, Senin (11/3/2019), keadaan jalan semakin parah dan ruas-ruas jalan terlihat semakin longsor. Jalan yang tadinya selebar lima meter, kini hanya tersisa dua meter saja. Selebihnya telah terbawa longsor. Jalan itu kini hanya bisa digunakan satu jalur saja, menyebabkan kemacetan hingga sepanjang tiga kilometer.
Jalan merupakan akses utama yang paling penting terlebih jika menghubungkan dua wilayah ataukah akses antar kabupaten. Sebab, nyamannya berkendara tergantung dari jalan yang dilalui. Selain itu, akses jalan yang rusak pun dapat mengakibatkan tingkat kecelakaan yang besar. Sehingga jalanan yang ada harus di perhatikan sedemikian rupa. Terutama jika masuk di penghujung musim hujan, karena struktur tanah yang tidak baik dapat mengakibatkan longsor ditambah jika tidak ditumbuhi pepohonan untuk menahan laju air. Walhasil kondisi kerusakan tersebut tidak bisa diabaikan, pemerintah setempat seharusnya mengambil tindakan segera untuk memperbaiki jalan amblas. Namun, perlu diperhatikan dalam memperbaiki jalanan bukan hanya sekedar menimbun saja melainkan benar-benar memperbaiki secara keutuhan agar berfungsi seutuhnya dan tidak mengkhawatirkan pengendara. Pasalnya terdapat di beberapa titik kondisi jalan yang rusak, bukan hanya di Konawe saja. Hampir diberbagai wilayah mengalami kondisi akses jalan yang tidak baik.
Akar Masalahnya
Solusi yang dilakukan tidak signifikan justru timbunan yang dilakukan tidak bertahan lama malah membuat kondisi jalan semakin berbahaya. Yang perlu di perhatikan adalah memperbaiki jalan pun harus menggunakan perhitungan dan kualitas bahan yang baik agar dapat menahan beratnya total kendaraan yang melintas dan ditambah beban yang ditampung masing-masing kendaraan. Sejatinya di sistem sekarang dimana materi menjadi tolak ukur kehidupannya membuat manusia melakukan sesuatu perbuatan bergantung dari berapa banyak imbalan yang di dapatkan. Tidak begitu memperhatikan kualitas dan kuantitas suatu barang ataukah jasa yang digunakan. Dan kebanyakan pekerjaan yang dilakukan bergantung pada besaran materi yang ada. Karena baginya uang adalah prioritas utama, apalagi di tengah perkembangan zaman seperti sekarang yang memiliki mindset kehidupan uang adalah sumber kebahagiaan.
Menjadikan manusia memiliki sifat individualistik yang menjadikan mereka bergantung pada materi. Sehingga meski banyaknya pembangunan yang dilakukan dalam suatu wilayah baik jalan maupun bangunan tidak memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Sehingga banyak infrastruktur yang ada hanya bualan saja, bertahan tidak lama kemudian setelah itu ditambal saja ataukah dibiarkan sampai dapat teguran ataukah dana yang tersedia.
Wajar saja jika sekarang banyak di dapati bangunan yang mudah roboh meskipun hampir seluruh kepala daerah yang ada sering melalukan pembangunan ataukah perbaikan infrastruktur, namun pada akhirnya berujung pada keruskan saja. Karena akar persoalannya berada pada sistem kapitalisme-sekular, dimana mereka bekerja keras atas tuntunan hidup yang tinggi sedang mereka yang berada di kelas atas hanya memikirkan bagaimana bisa mendapatkan keuntungan pribadi dalam setiap proyek yang di kerjakan. Ini membuktikan mengajarkan individu menjadi pribadi penghamba uang dan melakukan sesuatu atas dasar kepentingan. Jadinya semua serba lamban dan tidak efektif hasilnya.
Islam Menuntaskan Masalah Infrastruktur
Beda jika dengan aturan Islam, sebab individu sejak awal sudah di ajarkan dan ditanamkan dalam dirinya ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta niatan ikhlas bekerja dan memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Tidak mementingkan kepentingan individunya dan bekerja dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT. Dan Islam sangat memberikan perhatian khusus dalam kemajuan suatu negara terutama di bidang infrastruktur, dan sangat memperhatikan soalan sumber biaya yang digunakan dan mengutamakan yang lebih dulu untuk ditangani, beda dengan kapitalis membangun dimana saja dengan tidak mempertimbangkan segala sesuatunya berdasar kebutuhan dan pembiayaan yang digunakan bergantung pada pendapatan pajak semata.
Sebagaimana dijelaskan dari sisi jangka waktu pengadaannya infrastruktur dalam Islam dibagi menjadi dua jenis: (i) Infrastuktur yang sangat dibutuhkan oleh rakyat dan menundanya akan menimbulkan bahaya atau dharar bagi umat. Misal, satu kampung atau komunitas tertentu belum memiliki jalan umum, sekolah, universitas, rumah sakit, saluran air minum. (ii) Infrastruktur yang dibutuhkan tetapi tidak begitu mendesak dan masih bisa ditunda pengadaannya misalnya jalan alternatif, pembangunan gedung sekolah tambahan, perluasan masjid dll.
Infrastruktur kategori yang kedua tidak boleh dibangun jika negara tidak memiliki dana sehingga tidak dibolehkan pembangunan infrastruktur tersebut dengan jalan utang dan pajak. Jadi infrastruktur kategori yang kedua hanya boleh dibangun ketika dana APBN atau Baitul Mal mencukupi.
Adapun infrastruktur kategori yang pertama, tanpa memperhatikan ada atau tidak ada dana APBN atau Baitul Mal, harus tetap dibangun. Jika ada dana APBN atau Baitul Mal maka wajib dibiayai dari dana tersebut. Akan tetapi, jika tidak mencukupi maka negara wajib membiayai dengan memungut pajak (dharîbah) dari rakyat. Jika waktu pemungutan dharîbah memerlukan waktu yang lama, sementara infrastruktur harus segera dibangun, maka boleh negara meminjam kepada pihak lain. Pinjaman tersebut akan dibayar dari dana dharîbah yang dikumpulkan dari masyarakat. Pinjamaan yang diperoleh tidak boleh ada bunga atau menyebabkan negara bergantung kepada pemberi pinjaman. Wallahu a’alam.
Komentar