PORTALSULTRA.COM – Dengan kicaunya yang merdu, seekor burung dapat berkali-kali lipat mahalnya. Dengan kehangatannya, mentari pagi dapat menjadikan burung berkicau tanpa henti. Dengan romantisnya, seorang kekasih dapat melantunkan sejuta kicau yang menyihir batin. Romantis itu merdu, indah, dan hangat.
Pribadi romantis mampu memekarkan bunga-bunga di qalbu yang sendu; menebarkan pesona surgawi di jiwa yang merana; menabur wangi kasturi di hati yang sedih. Pribadi romantis, karenanya, merupakan salah satu pilar hidup bahagia dalam nuansa baiti jannati.
Lihatlah, bagaimana Rasulullah SAW mencontohkan perikehidupan romantis, sehingga keluarganya penuh bunga, pesona surgawi beraroma kasturi. Betapa tak kan bahagia Ibunda Aisyah, ketika mendengar sapaan, “Ya Khumairah” — Wahai Si Pipi Merah! — dari Sang Kekasih, Rasulullah Muhammad SAW, sang suami romantis berbudi tinggi.
Di kehidupan modern, pribadi romantis adalah makhluk langka seiring lahirnya budaya instan yang serba cepat. Di zaman “cinta satu malam” ini, kecerdasan romantis tergerus oleh keindahan vista yang menipu indra, karena kosmetika jauh memesona daripada hakikat rasa dan kemuliaan akhlak. Akibatnya, sikap romantis salah alamat dan salah kaprah. Betapa tidak, kepada istri tercinta bersikap tegas bak komandan kepada prajurit, padahal di luar sana ia berbisik mesra bagai Romeo dan Juliet. “Hallooohh…”
Ketiadaan sikap romantis dalam rumah tangga ibarat taman tanpa kicau burung, tanpa mekar bunga, dan tanpa hangat mentari. Hampa, kelabu, dan sendu. Ini membuat cinta bisa mati dan membuat rindu bisa pilu. Mereka hidup tanpa dinamika dan menjalani waktu tanpa musim. Mungkin dingin sedingin-dinginnya atau panas sepanas-panasnya. Hingga akhirnya bubar terbakar amarah atau membeku dalam dingin sikap yang tak berperasaan.
[irp posts=”2960″ name=”MK Terima 11 Berkas Permohonan Sengketa Pilkada, 2 Diantaranya dari Sultra”]
Romantis itu sederhana, sesederhana perhatian. Perhatian juga sederhana, sesederhana memberi. Memberi pun sederhana, sesederhana menerima. Menerima cinta dari kekasih itu asyik dan lezat, maka berikanlah cintamu kepada sang kekasih sebagaimana engkau menerima dengan sederhana: perhatian.
Namun, “faqqidu syai’ laa yu’tiy” bahwa yang tak punya apa-apa tak akan dapat memberi apa-apa”. Kau tak dapat memberi perhatian, kecuali kau punya stok cinta. Maka, akar perhatian adalah cinta dan fondasi romantis adalah mahabbah.
Kebanyakan orang terlalu pasif memahami keromantisan, padahal romantis itu bersifat aktif. Sepihak saja yang selalu romantis sudah dapat membahagiakan, apatah lagi kedua belah pihak. Maka, ketika sang suami memandang istri, sapalah dengan mesra, “Si Cantik, Bidadariku, Jantung Hatiku, ….” Sebaliknya si istri menyapa sang suami, “Si Gagah, Arjunaku, Pangeranku, ….” Oh indahnya! Dunia serasa milik berdua.
[irp posts=”2956″ name=”Saling Klaim Pembangunan Fisik, Dinilai Tak Berdampak Pada Kesejahteraan”]
Sepasang kekasih halal yang selalu tampil ingin membahagiakan pasangannya, maka keduanya merupakan pejuang kebahagiaan. Si istri yang bermanja-manja kepada sang suami dan menyapa dengan suara mesra, ditingkah gerak tubuh yg memikat, senyuman semanis madu adalah pejuang kebahagiaan keluarga nan romantis. Demikian pula, sang suami membelai mesra si jantung hati, memeluk, dan mengucapkan untaian kata indah memesona, seketika itu dawai asmara mengalun syahdu dalam qalbu. Oh indahnya!
Sikap romantis suami-istri perlu dibingkai dengan akhlak mulia agar ianya bermartabat dan berwibawa. Hadirkanlah sikap romantif di ruang privat, agar menjadi harta paling berharga di atas segala harta.
Biarlah ia mengalir di antara dua hati yg saling cinta, tidak butuh komentar dari pihak mana pun. Biarlah ia mengalun di relung-relung qalbu yang hanya bisa direguk kenikmatannya, hingga tak ada kata yang sanggup mewakilinya.
[irp posts=”2944″ name=”Tetaplah Menjaga Akhlak Saat Berbeda Pendapat”]
Bila cinta telah berakar di bilik hati sepasang kekasih, maka romantisme tumbuh dan berbuahkan kemesraan tiada tara, surga dunia menjadi milik, kebahagian reguklah sesuka hati. Dunia milik kita berdua.
Wahai para pecinta, romantislah kepada kekasih halalmu agar rumput tetangga tidak lebih hijau daripa rumput di halaman rumahmu.
Oleh: Dr. Amirudin Rahim, M.Hum
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pasca Sarjana UHO
Komentar