Miris, Insentif Tenaga Medis Belum Juga Rilis

Opini814 views

Oleh: Yanyan Supiyanti, A.Md
Pendidik Generasi Khoiru Ummah, Member AMK

Tenaga medis yang sedang berjuang di garda terdepan dalam penanganan Covid-19, sepatutnya diberi apresiasi oleh negara. Mereka mengambil risiko dengan nyawa taruhannya.

Semakin banyak nyawa tenaga medis yang gugur saat menangani Covid-19, tidak mendapat perhatian memadai. Jangankan memberikan perlindungan utuh dengan kebijakan terintegrasi agar pasien Covid-19 tidak terus melonjak naik, bahkan proteksi finansial juga tidak diberikan. Sebagian tidak mendapat tunjangan, THR perawat honorer dipotong, bahkan ada yang dirumahkan karena rumah sakit daerah kesulitan dana.

Padahal gugurnya tenaga medis atau pemecatan sama dengan berkurangnya prajurit di garda depan medan tempur. Di mata Islam, nyawa seorang muslim itu begitu berharga.

Dari al-Barra’ bin Azib ra., Nabi saw. bersabda, “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan disahihkan al-Albani)

Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan soal pemberian insentif pada 23 Maret yang lalu. Jokowi mengatakan pemerintah akan memberikan insentif bulanan kepada tenaga medis yang terlibat dalam penanganan Covid-19. Besaran insentif berkisar Rp5-15 juta setiap bulan. Rinciannya, Rp15 juta untuk dokter spesialis, Rp10 juta untuk dokter umum dan dokter gizi, Rp7,5 juta untuk bidan dan perawat, dan Rp5 juta untuk tenaga medis lainnya. (Merdeka.com, 25/5/2020)

Dilansir oleh Tempo.co, 24/5/2020, Perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Anitha Supriono, hingga kini belum menerima insentif sebesar Rp7,5 juta yang dijanjikan pemerintah. Anitha merupakan salah satu perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) menangani pasien-pasien positif Covid-19.

Anitha mengaku tak mengetahui apa alasan belum cairnya insentif. Namun menurut Anitha, para perawat sangat memerlukan insentif itu, terlebih mereka mendapatkan pemotongan tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri.

Anitha bercerita, THR atau gajinya tidak dipotong lantaran statusnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Namun, kata dia, para perawat di rumah sakit swasta atau rumah sakit yang tak terlalu besar belum tentu bernasib demikian.

Miris. Tenaga medis yang berjuang antara hidup dan mati dalam penanganan Covid-19 ini, kurang diperhatikan dan dihargai dengan baik oleh negara yang berpihak pada kaum kapitalis. Mereka rela berjauhan dan berpisah sementara waktu dengan keluarganya, supaya keluarganya aman tak tertular virus Covid-19. Seharusnya, negara memberikan perhatian lebih pada tenaga medis, sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap, kebutuhan hidup yang terjamin serta insentif yang memadai.

Seperti yang telah Islam contohkan pada masa kejayaannya. Kesehatan dalam Islam termasuk ke dalam kebutuhan primer yang wajib disediakan oleh negara. Bahkan bisa diperoleh dengan cuma-cuma atau gratis untuk seluruh warga negara, termasuk tenaga medis. Karena negara adalah pelayan umat.

Tengok bagaimana kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel. Beliau dalam memberikan pelayanan kesehatan sungguh luar biasa, di antaranya merekrut juru masak terbaik rumah sakit, dokter datang minimal dua kali sehari untuk mengunjungi pasien. Tenaga medis dan pegawai rumah sakit harus bersifat qana’ah dan juga punya perhatian besar kepada pasien.

Will Durant dalam The Story of Civilization menyatakan, “Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak, sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya, Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160 telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit, tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarawan berkata, bahwa cahayanya tetap bersinar dan tidak pernah padam selama 267 tahun.”

Begitu mendapatkan penghargaan dan perhatian yang luar biasa tenaga medis di bawah pemerintahan Islam. Islam sebagai solusi dari segala permasalahan yang ada, termasuk dalam hal penanganan wabah dan kesejahteraan warganya. Sudah saatnya kembali pada Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Wallahu a’lam bishshawab.

Komentar