Oleh: Fadhillah (Aktivis Back to Muslim Identity Kolaka)
Wellington – Pelaku aksi teror di dua Masjid di kota Christchurch, Selandia Baru (New Zealand) telah dijerat dakwah pembunuhan. Pelaku juga di yakini bertanggung jawab atas teror mematikan selama 36 menit di dua masjid, yaitu An Noor dan Linwood.
Tersangka yang di identifikasikan bernama Brenton Tarrant berusia 28 tahun, seorang warga Australia, telah di tangkap otoritas Selandia Baru pada Sabtu (16/3) ini, Tarrant di hadirkan dalam persidangan di Christchurch.
Korban tewas sejauh ini di laporkan mencapai sekitar 49 orang, dengan rincian 41 orang tewas di masjid Al Noor, tujuh orang tewas di masjid Linwood dan satu orang tewas di Rumah Sakit Christchurch. Sedangkan korban luka mencapai 48 orang, namun hanya 39 orang yang masih di rawat di rumah sakit dengan 11 orang di antaranya menjalani perawatan intensif. Identitas maupun asal kewarganegaraan para korban tewas dan luka belum dirilis secara resmi oleh otoritas Selandia Baru.
Dikutip dari tulisan Ryan Broderick ia mengatakan bahwa PewDiePie,You Tuber Swedia terkenal, telah terhubung ke serangkaian kontroversi rasis dan anti-semit selama bertahun tahun. Reverensi tersebut adalah salah satu di antara beberapa pernyataan lain yang di lontarkan tersangka penembakan yang tampaknya bertujuan membuat aksi pembunuhan mengerikan tersebut menjadi populer di internet. Seperti pernyataan yang merujuk pada influencer sayap kanan Candance Owens dalam manifesto setebal 74 halaman yang di terbitkan tepat sebelum pembunuhan itu di mulai, komentarnya tentang PewDiePie segera memicu diskusi Twitter tentang apakah pembunuhan itu telah mempermainkan media, yang pasti akan segera di ikuti dengan berbagai liputan terkait.
Apapun niat pelaku penembakan Selandia Baru, kita menganggap serius apa yang di katakan, ditulis, dan dilakukan pembangkang ini secara online. Bukan hanya karena dia telah membunuh 49 orang (laporan terbaru mengatakana jumlahnya telah mencapai 50 korban jiwa–red), tetapi juga karena dia memanfaatkan lingkungan umpan balik digital yang sudah tertanam kuat dimana kekerasan oleh pria kulit putih akan diunggah, didistribusikan, di konsumsi, dan di produksi oleh orang lain.
Pelaku dan komplatannya kemudian berhasil di bekuk aparat. Namun, yang menjadi persoalan, mengapa begitu mudah darah umat muslim di belahan dunia manapun, termasuk di negeri islam, yaitu Suriah, Irak, Rohingnya, Kashmir, India, Uyigur, dan Palestina nyawa mereka begitu mudah di cabut, tanpa ada pembelaan sama sekali!
Islam Memelihara Jiwa Manusia
Islam adalah satu satunya agama yang memberikan penghargaan amat tinggi pada darah dan jiwa manusia. Allah swt menetapkan pembunuhan satu nyawa tak berdosa sama dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia:
“Siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan akan dia telah membunuh seluruh manusia.’’ (TSQ. Al-Maidah [5]: 32).
Allah SWT pun mengancam orang yang menghilangkan nyawa seorang mukmin dengan ancaman yang sangat keras:
“Siapa saja yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya ialah neraka jahannam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, mengutuk dia dan menyediakan bagi dia azab yang besar.’’ (TQS an-Nisa [4]:93).
Begitu cintanya Allah pada jiwa seorang mukmin, Allah swt mengancam akan mengazab semua penghuni dan langit seandainya bersekutu dalam membunuh seorang muslim. Rasul Saw bersabda:
“Andai penduduk langit dan penduduk bumi berkumpul membunuh seorang muslim, sungguh Allah akan membanting wajah mereka dan melemparka mereka ke dalam neraka.’’ (HR ath-Thabarani).
Adakah agama yang begitu memuliakan dan menjaga nyawa seorang hamba melebihi ajaran islam? Tidak ada! Karena itulah, sepanjang sejarah penerapan syariat islam, tidak ada darah seorang muslim pun di tumpahkan, melainkan akan di berikan pembelaan yang sangat besar dari umat dan Daulah Islam.
Khilafah, Negara Adidaya
Umat tak bisa melindungi diri mereka sendiri. Harus ada penguasa yang melindungi mereka. Sebagaiman pesan Nabi saw: “Sungguh imam (khalifah) itu (laksana) perisai; orang orang akan berperang di belakangdia dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya (HR al-Bukhari, muslim,an-nasa’, Abu Dawud dan Ahmad).
Rasulullah saw, selaku imam kaum muslim, semasa menjadi kepala negara islam Madinah, telah melindungi setiap tetes darah kaum muslim. Pada Khulafaur-Rasyidun dan para khalifah setelah merekapun terus melindungi umat dari setiap ancaman dan gangguan. Dengan begitu umat dapat hidup dengan tenang karena ada yang menjadi pelindung bagi mereka.
Nah, bagaimanakah dengan sekarang? Saat puluhan warga muslim di tembaki di dalam mesjid di New Zealand, adakah yang melindungi mereka? Adakah yang menuntut balas atas darah yang tertumpah? Belum lagi ratusan ribu nyawa muslim yang menjadi korban pembantaian di Suriah, Irak, Palestina, Kashmir, Uyighur dan Myanmar. Adakah yang membela dan melindungi mereka dari penjajahan orang orang kafir? Tidak ada! Lagi-lagi tanpa ada pembelaan dan perlawanan. Semua penguasa muslim diam!
Sekarang, siapa pula yang membela dan melindungi kaum muslim? Lagi lagi tidak ada! Padahal serangan terhadap masjid di Christchurch pekan lalu di lakukan oleh pelaku karena dorongan kebencian terhadap islam. Jelas, kaum muslim membutuhkan pemimpin yang sanggup melindungi dan membela mereka. Bukan pemimpin yang hanya menonton dan berkoar-koar di belakang meja, sementara tangannya tak pernah terulur menyelamatkan kaum muslim.
Sungguh, hanya khilafahlah satu satunya yang bisa menjadi perisai bagi umat islam di seluruh dunia ini. Hanya Khilafah yang mampu memelihara kehidupan, memanusiakan manusia, menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta, Khilafahlah yang akan menghukum siapa saja yang berani menganiaya kita. Wallahu a’lam.
Komentar