Pembiasaan Budaya Literasi Melalui Kelas Literasi

Opini271 views

PORTALSULTRA.COM – Data dari PlSA (2010) menunjukkan tentang kondisi literasi di lndonesia, peringkat literasi lndonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara, sedangkan tingkat membaca siswa, lndonesia menempati urutan ke 57 dari 65 negara.

Sedangkan data dari UNESCO (2012) menunjukkan minat baca orang lndonesia 0,001 dengan penjabaran untuk setiap 1.000 penduduk hanya 1 yang membaca, sedangkan tingkat melek huruf orang dewasa 65,5%.

Rendahnya literasi di lndonesia penyebabnya ditengarai karena kebiasaan masyarakat lndonesia yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi (TV) dan itu menjadi kegiatan utama keluarga di lndonesia. Data BPS menyebutkan jumlah waktu yang digunakan anak lndonesia dalam menonton TV adalah 300 menit per hari. Jumlah yang terlampau besar jika dibandingkan Negara lain misalnya Kanada yang hanya 60 menit per hari.

Baru-baru ini, pemerintah memberikan dukungan kepada para penggiat literasi dengan memulai di bulan juni ini dan berlanjut pada bulan-bulan berikutny. Dimana setiap tanggal 17 menggratiskan pengiriman buku ke daerah.

Hal ini dilakukan oleh Presiden Jokowi atas dasar masukan dari para pegiat literasi yang diundang dalam acara ramah tamah bersama presiden pada tanggal 2 mei 2017 yang bertepatan dengan peringatan Hardiknas.Para pegiat literasi menuturkan terkendala biaya pengiriman buku ke daerah yang ongkos kirimnya mahal. Sejalan dengan program peningkatan minat baca penduduk lndonesia.

Beberapa usaha  untuk meningkatkan budaya membaca dan literasi di lndonesia telah dilakukan. Seperti Kemendikbud pada saat dipimpin Anies Baswedan membuat gerakan 10 menit membaca yang dilakukan di sekolah. Selain itu juga, kemendikbud juga menargetkan adanya 514 kampung literasi pada tahun 2019 yang bertujuan membangun literasi di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Tidak hanya pemerintah yang memiliki usaha menaikkan ranking ketertinggalan dalam hal literasi, namun NGO dan juga para pegiat literasi yang tersebar di wilayah lndonesi bahkan telah memulainya lebih awal dibandingkan dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah tersebut.

Salah satu NGO yang berkomitmen untuk meningkatkan literasi di lndoensia adalah Yayasan Dompet Dhufa Pendidikan melalui berbagai programnya. Dompet Dhuafa Pendidikan memiliki Pusat Sumber Belajar yang menyediakan perpustakaan dengan buku-buku yang lengkap. Selain itu program lainnya adalah Gemari Baca yang memberikan bantuan buku-buku bacaan di seluruh lndoensia.

Selain itu Dompet Dhuafa Pendidikan juga melakukan program pendampingan perpustakaan. Ada juga program dari Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa melalui Sekolah Literasi lndoensia yang mendampingi sekolah-sekolah yeng tersebar di seluruh wilayah lndonesia.

Melalui Sekolah Literasi lndonesia, Dompet Dhuafa mendampingi sekolah-sekolah yang didalamnya termuat kegiatan-kegiatan pendampingan sekolah dalam meningkatkan kemapuan literasi siswa dan guru di sekolah dampingannya tersebut.

Kegiatan tersebut adalah kelas literasi untuk guru dan siswa. Kelas literasi siswa adalah kegiatan yang dilakukan setiap harinya sebagai program pembiasaan membaca, menulis dan berbicara yang di lakukan siswa di sekolah.

Setiap harinya sebelum mulai pembelajaran atau dapat pula mengambil jam pulang sekolah.Secara terjadwal siswa diberikan tugas membaca buku. Pada saat mendapat giliran kelas literasi siswa tersebut harus mengulang kembali materi bacaannya kepada siswa lainnya. Kemudian siswa yang telah menjelaskan materi dari buku yang dibacanya memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan pemaparan dari buku yang telah dibaca. Siswa lain menuliskan materi yang disampaikan siswa yang mendapat giliran di depan tadi.

Kegiatan kelas literasi siswa dalam bentuk book sharing dengan teknis pelaksanaan yang telah disebutkan sebelumnya tadi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca dan membiasakan anak membaca buku, selanjutnya menguji pemahaman siswa dari buku yang dibaca kemudian mampu menceritakan kembali isi buku kepada orang lain.

Begitu pula untuk kelas literasi guru, sama halnya dengan yang dilakukan siswa namun yang berbeda adalah pesertanya. Kelas literasi guru adalah untuk para guru. Karena guru adalah orang yang memberikan ilmu kepada siswa maka sosok inilah yang tentunya menjadi hal wajib untuk senantiasa belajar dan menjadi pembelajar serta update informasi dan memperluas wawasannya sehingga ilmu yang diberikan ke anak didiknya tepat. 

Jika kelas literasi ini dijalankan dengan baik dan juga konsisten di semua sekolah maka bukan tak mungkin lndonesia kan bangkit dari ketertinggalan. Seperti yang telah diterapkan di Ml Jabal Nur, Manggarai Barat, NTT yang tak lain adalah salah satu sekolah dampingan dari Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa.

Usaha peningkatan literasi di lndoensia tidak akan bisa berjalan jika hanya mengandalkan program dari pemerintah. Sehingga peran masyarakat (pegiat literasi) dan filantropi adalah garda terdepan dalam upaya peningakatan literasi untuk mengejar ketertinggalan dari Negara lain.

Oleh: Siti Fatonah
KAWAN SLl Dompet Dhuafa Penempatan Manggarai Barat NTT

Komentar

Baca Berita