Pengantin Pesanan Marak, Kapitalisme Dalangnya

Opini390 views

Oleh: Nurhayati (Aktivis BMI Comunity Baubau)

Seperti tidak ada habisnya permasalahan yang muncul di negara ini. Dikatakan demikian, karena permasalahan lama yang seharusnya telah terselesaikan, sampai saat ini pemerintah belum memperoleh  solusi pasti untuk penyelesaian problematika tersebut. Salah satunya dan belum lama terjadi, yaitu tindak perdagangan perempuan. Dikutip dari laman Detik.com (23/06/2019) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBM) menyebut sebanyak 29 WNI menjadi korban pengantin pesanan di China. Data tersebut diperoleh berdasarkan pengaduan korban sepanjang 2016-2019. Sekjen SBMI Bobi Anwar Maarif mengatakan bahwa korban sebanyak 13 perempuan berasal dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dan 16 orang perempuan berasal dari Jawa Barat. Bobi menduga pengantin pesanan merupakan modus dari Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Sebab, ada proses yang mengarah ke perdagangan yang terencana.

Terperangkapnya para korban dalam kasus ini, disebabkan para perempuan tersebut tergoda dengan iming-iming uang dan kekayaan jika menikah dengan orang kaya asal China. Namun, sesampai di China, korban malah dipekerjakan dengan durasi waktu yang lama. Kasus yang sama juga sudah pernah terjadi ditahun sebelumnya, dilansir dari BBC.Com (19/10/2018) sebanyak 11  perempuan WNI diduga menjadi korban tindak penyeludupan manusia di China dengan modus pernikahan melalui perantara.

Bila kita telisik lebih jauh, permasalahan ini berangkat dari keresahan masyarakat karena susahnya memperoleh pekerjaan dalam negeri sehingga dalih mencari nafkah keluar negeri untuk membantu keluarga akibat sulitnya ekonomi serta pemenuhan gaya hidup saat ini yang lebih mahal menjadi pilihan mereka, hingga menyebabkan para gadis khususnya dari desa-desa menjadi sasaran empuk para sindikat penipuan dan pelaku praktek perdagangan orang. Mirisnya, tidak sampai dengan dalih mencari nafkah dan tuntutan gaya hidup, aktifitas tersebut telah menjadi pandangan hidup para generasi saat ini yaitu kapitalisme dimana kebahagiaan diukur dengan banyak materi yang dimiliki dan bebas melakukan apa saja untuk memperoleh materi tersebut. 

Hal ini juga bertentangan dengan kesetaraan gender yang digaungkan berbagai lembaga hingga pemerintah yang bertujuan untuk menghapus kasus TPO (Tindak Perdagangan Orang), namun menjadi tersamar dan tidak jelas arah tujuannya karena kesetaraan gender menggiring generasi fokus untuk mencari pekerjaan, sibuk mengumpulkan pundi-pundi uang agar tidak tertinggal zaman yang ternyata secara halus menjadikan generasi sebagai objek dan komoditas sistem kapitalisme. Dan bila hal ini terus dibiarkan maka akan mengakibatkan kesengsaraan dan kehancuran bagi generasi dan negara.

Jadi agar TPO bisa hilang dan permasalahan lain bisa terselesaikan, maka  sistem kapitalis yang menjadi pijakan dalam membuat kebijakan dan aturan harus dihapus dan diganti dengan sistem yang benar-benar memberikan solusi pasti dan menyelesaikan problematika umat yaitu dengan sistem Islam. Sistem Islam yang diturunkan oleh Sang Pencipta benar-benar mengetahui fitrah manusia.

Islam menetapkan kesejajaran derajat laki-laki dan perempuan pada ketaatan terhadap aturan Allah, bukan pada bentuk fisik dan peran. Nyatanya dalam Islam, wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam beribadah dan mendapat pahala : “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”(QS. An-Nisa [4]:124), dan “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”(QS. An-Nisa : 34), begitulah Islam menempatkan laki-laki atas perempuan, bukan maksud untuk diskriminasi namun lebih pada menempatkan peran sesuai fitrahnya. Maka wanita harus memahami bahwa kesetaraan yang harus muslimah raih yakni berlomba-lomba meraih ridho Allah. Menutup aurat, menjaga pergaulan, menuntut ilmu agama, mengutamakan pengurusan rumah tangga dan mentaati perintah Allah serta menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan. 

Adapun negara memiliki andil besar dalam menjaga kehormatan perempuan. Sebagaimana dalam Islam perempuan sangat dijaga kehormatan dan kesuciannya. Seperti dalam  perekonomian, negara memberikan kemudahan bagi rakyatnya dalam memenuhi kebutuhannya dengan wajib menyediakan lapangan pekerjaan, bahan pokok yang murah dan lainnya. Sehingga perempuan tidak perlu bekerja keras untuk membantu perekonomian keluarga. Allah SWT memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk tentu menjamin kebutuhan pokok mereka. Rasulullah SAW bersabda : “Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Wallahu A’lam Bisshowab

Komentar