Perang Isu dan Jargon Politik Jelang Pilgub Sultra 2018

Opini320 views

OPINI, PORTALSULTRA.COM – Kepemimpinan Nur Alam selaku gubernur Sulawesi Tenggara baru akan berakhir pada tahun 2018 mendatang. Namun saat ini, telah banyak kelompok atau komunitas masyarakat yang telah membicarakan tentang siapa saja yang akan menjadi bakal calon Gubernur Sultra.

Akan tetapi saat ini sudah ada figur yang telah melakukan sosialisasi dan memasang baliho serta spanduk pencitraan diruang publik yang telah melahirkan berbagai macam isu dan jargon politik yang berkembang di kalangan masyarakat. Namun setiap bakal calon mempunyai isu dan jargon politik yang dikemas dalam berbagai macam bahasa untuk menarik perhatian masyarakat.

Seperti halnya Ali Mazi dengan isu politik yang bersifat apologia (pembelaan masa silam) yang memiliki kesinambungan antara prestasi dan prestise pembangunan, serta jargon yang dimilikinya yaitu “DENGAN BUKTI, BUKAN JANJI” Ali Mazi disini berusaha meyakinkan masyarakat bahwa dirinya sudah memberikan bukti yang prestisius serta membanggakan bagi seluruh rakyat Sultra.

Beda lagi dipihak Ridwan Bae yang lebih banyak menonjolkan isu-isu politik yang bersifat kerakyatan dan kebersamaan. Isu-isu populis dan egalitarian berusaha ditampilkan oleh Ridwan Bae. Hal ini menunjukkan bahwa, Ridwan Bae berusaha menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil serta masyarakat dapat memperoleh perlakuan yang sama pada segi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Disini juga Ridwan Bae ingin menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang gaul dan berpenampilan rileks.

Isu politik “BERSIH, BERIMAN, DAN CERDAS” lebih banyak ditonjolkon oleh figur Mahmud Hamudu. Disini Mahmud Hamudu lebih mengarah pada penggalangan di tempat-tempat ibadah dan lembaga pendidikan.

Sebagai pemilih yang baik kita harus pintar pula memilih pemimpin yang baik dalam semua hal, jangan mudah terpengaruh oleh imbalan-imbalan atau sejenisnya yang dapat mempengaruhi pilihan anda karena itu dapat menentukan Sultra untuk 5 tahun kedepan.

Penulis: Wahyuddin
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UHO

Komentar