Perdana, Ekspor Cocoa Butter Asal Kendari Langsung ke Belanda

Sultra Raya404 views

Gubernur Sultra Ali Mazi (tengah) didampingi Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Agus Sunanto (kelima dari kanan) saat melepas ekspor perdana di Pelabuhan Newport Bungkutoko, Kendari. Foto: Humas Karantina Kendari.

Kendari – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melepas Sertifikat Kesehatan Tumbuhan atau Phyosanitary Certificate, PC Cocoa Butter sebanyak 80 ton ke Belanda. Pelepasan ekspor ini merupakan yang perdana diberangkatkan dari Pelabuhan Newport Bungkutoko, Kendari, Senin (11/3).

“Dengan fasilitas pelabuhan yang lengkap, kini Kendari bisa langsung kirim komoditas produk pertanian unggulannya ke Belanda, selamat ,” kata Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Agus Sunanto, dalam keterangan tertulis, Selasa (12/3/2019).

Agus menjelaskan bahwa selama empat tahun terakhir, melakukan berbagai kebijakan dalam mendukung ekspor dan impor produk dengan standar mutu. Salah satunya adalah dengan kebijakan standar internasional, yakni mengembangkan Implementing Arrangement for The Exchange of Electronic Certification. e-Cert Quarantine atau sertifikat karantina secara online yang diberlakukan untuk negara mitra dagang.

Gubernur Sultra Ali Nazi menyerahkan sertifikat Phytosanitary Certificate (Sertifikat kesehatan komoditas ekspor) yang di terbitkan Karantina Kendari dan diserahkan ke PT. Kalla Kakao Industri. Foto: Humas Karantina Kendari.

“Saat ini, baru 3 negara mitra dagang yang dapat melakukan pertukaran data melalui e-Cert yakni Australia, New Zealand, dan Belanda. Kedepan proses sertifikasi karantina untuk tujuan ekspor Belanda dapat menggunakan fasilitas ini,” tambah Agus.

Agus Sunanto yang hadir mewakili Kepala Barantan menyampaikan bahwa, Barantan adalah pembuka akses ekspor melalui protokol karantina pertanian dan penjaminan kesehatan atau bebas organisme pengganggu tumbuhan karantina dengan penerbitan Phytosanitary Certificate (Sertifikat kesehatan komoditas ekspor).

“Kami menargetkan akselerasi ekspor bisa meningkat sebesar 200%, dan upaya kolaboratif dengan semua pihak segera kita realisasikan,” jelas Agus.

Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kendari, Mastari, mengatakan bahwa nilai ekspor komoditas olahan produk pertanian unggulan asal Kendari yang kali ini diekspor setara dengan Rp8,117 miliar. Dari data lalulintas ekspor produk pertanian melalui wilayah kerjanya sepanjang tahun 2018, adalah 360 ton setara dengan nilai Rp36,5 miliar dengan 4 kali frekuensi.

“Komoditas jahe segar juga merupakan komoditas yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Bungkutoko. Tercatat di bulan Mei 2018, sebanyak 20 ton jahe dengan nilai 17.550 USD di ekspor ke Taiwan,” jelas Mastari.

Gubernur Sultra Ali Mazi melihat produk cocoa butter hasil produksi PT. Kalla Kakao Industri yang akan di ekspor ke Belanda. Foto: Humas Karantina Kendari

Pada saat yang sama, Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi yang hadir dan turut menyaksikan pelepasan ekspor langsung secara perdana dari Pelabuhan Bungkutoko, menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Pertanian khususnya Barantan melalui Karantina Pertanian Kendari atas fasilitasi ekspor produk olahan asal Kendari.

Kedepan, lanjut Gubernur, terjadi kerja sama seluruh pemangku kepentingan termasuk petani dan pelaku usaha untuk mendongkak ekspor. Ia juga berharap akan adanya penambahan negara mitra dagang potensial lain, karena Sultra khususnya Kendari masih memiliki banyak potensi komoditas lokal.

Penulis: Benny Laponangi

Komentar