Psywar di Balik Pembubaran HTI

Opini276 views
Oleh: Nandang Burhanudin, Lc (Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir)

Psywar di Balik Pembubaran HTI

(1) Saya tidak terlalu serius menanggapi pernyataan Wiranto soal pembubaran HTI. Sebab di era rezim raisoopo-opo, apapun tidak ada yang perlu dianggap serius, selain operasi menjual Indonesia dan patuh sepenuhnya pada Asing-Aseng.

(2) Jika mau jujur, kehandiran HTI sebenarnya menguntungkan kalangan Islamis. Terutama di pengajian marhalah 1-2. Tapi menguntungkan kalangan Liberal, Sekuler, dan Islamophobia di marhalah 3 dan selanjutnya. Mengapa?

(3) Marhalah awal di HTI, sangat bagus untuk shock theraphy pemikiran. Terutama di bab kajian problematika umat. Tapi biasanya akan mentok di permasalahan solusi. Terutama jika dikaitkan dengan pendirian khilafah.

(4) Di fase selanjutnya, HT yang sangat antipati dengan apapun yang berbau demokrasi. Tentu sangat menguntungkan kalangan Islamphobia, terutama dalam kondisi lomba perolehan suara. Paham antidemokrasi menyuburkan golput di kalangan Islamis.

(5) Kendati demikian, saya tidak mendukung cara pemerintah yang tidak demokratis dalam wacana pembubaran HTI. Maka patut dicurigai, ada apa sebenarnya di balik sandiwara pembubaran HTI?

(6) Saya menemukan jawabannya, pemerintah Jokowi dan timnya sedang meniru langkah Korea Utara saat membunuh 1000 tentara AS, ketika perang berkecamuk di semenanjung Korea.

(7) Cara yang ditempuh Korut, sangat unik. Para tawanan diberikan fasilitas mewah. Logistik cukup. Penjara yang luas, tanpa pagar tinggi. Bahkan semua diberi kebebasan berkomunikasi. Lalu apa yang dilakukan?

(8) Hanya 3 poin saja. Pertama: Semua penghuni penjara dijejali berita buruk dan busuk. Kedua: Semua diberi kesempatan mengungkapkan pengkhianatan masing-masing di hadapan umum. Ketiga: Sesama penghuni penjara diberi kebebasan memata-matai.

(9) Menjejali berita buruk adalah perang psikologi untuk menjatuhkan mentalitas rakyat, terutama kalangan Islamis. Mulai dari isu korupsi, pelanggaran seks, hingga penista Al-Qur’an yang diperlakukan istimewa.

(10) Semua menjadi bumbu pedas di samping berita penembakan polisi saat razia, kenaikan harga-harga, listrik meroket, premium hilang, gas mahal, pajak mencekik, pelanggaran rezim terhadap konstitusi, dll.

(11) Kemudian cara mengungkap kebusukan di hadapan publik. Bahkan semua dipertontonkan secara gratis. Pesan yang ingin disampaikan, jadilah penjilat jika mau selamat. Menjilatlah, anda jadi hebat!

(12) Adapun operasi saling meng-inteli, adalah cara ampuh mengobarkan proxy war antar sesama ormas. Politik belah bambu, politik yang membuat Belanda dan penjajah sukses mengangkangi negeri Muslim.

(13) Jadi, wacana pembubaran HTI sebenarnya sinyal bahwa Islamis tidak akan diberi ruang dan peran saat rezim raisoopo-opo ini berkuasa. Lalu mengapa HTI yang menjadi korban? Sebab HTI adalah paling lemah.

(14) HTI menunda jihad sebelum tegaknya khilafah. HTI menjadi organisasi yang senang mencubit saudara-saudara sesama Islamis. Sebut saja kalangan Tarbiyah pro demokrasi, selalu menjadi korban kegenitan HTI.

(15) HTI juga minim teman dari kalangan ormas semisal Muhammadiyah, NU, Persis, PUI, Al-Irsyad. Jenis kelamin HTI juga sedikit ambigu. Hizb adalah partai, tapi tidak aktif di ranah politik. Namun kajiannya politis.

(16) Tapi sekali lagi, pembubaran HTI bukan solusi. Sebagai Muslim kita harus menolaknya! Pembubaran ormas hanyalah operasi senyap membunuh pelan-pelan ruh perlawanan umat Islam.

(17) Saya bersama HTI, jika dibubarkan oleh rezim yang telah terbukti lebih banyak korup dan memperjualkan nasionalisme sempit demi seongok materi. Waspadalah.[]

Komentar