Oleh: Mega (Mahasiswi Universitas Halu Oleo)
Berbagai peristiwa telah kita alami di tahun 2018, di tahun-tahun tersebut terjadi berbagai problem dari berbagai sudut kehidupan. Dari tahun ketahun segala bentuk permasalahan tidak terselesaikan dengan tuntas, hal ini karena kita jauh dari hukum Allah SWT itu sendiri.
Hukum Allah dengan berani dicampakkan. Para ulama dan pengemban dakwah Islam bahkan dilecehkan. Umat bahkan dijauhkan dari hakikat ajaran Islam yang benar dengan makar pengarusan ide-ide moderasi Islam. Padahal ideologi Islamlah kunci utama kebangkitan Islam.
Berbagai fakta menunjukkan keadaan Indonesia baik–baik saja, bahkan dari berbagai lembaga pemerintahan dan kementerian merilis laporan kinerja yang keadaannya baik-baik saja dan laporan prestasi kerja mereka di tahun 2018 terkesan baik.
Seperti halnya pertumbuhan ekonomi dan angka kemiskinan yang kondisinya selalu diklaim terus membaik, yang nyatanya tidak demikian. Sebab ini menunjukkan tidak ada kaitan antara naiknya angka pertumbuhan ekonomi dan turunnya angka kemiskinan dengan meningkatnya kondisi kesejahteraan masyarakat secara ril. Kondisi ekonomi terasa makin sulit, kebutuhan hidup semakin mahal dan sulit dijangkau. Apalagi banyak kebijakan rezim pemerintah yang terus mempersulit kehidupan rakyat. Misalnya biaya pendidikan yang kian mahal, kenaikan tarif listrik dan harga BBM, kebijakan soal pajak, asuransi kesehatan, dan ketenagakerjaan, serta kebijakan-kebijakan liberal anti rakyat yang lainnya.
Berbagai fakta pun menunjukkan, bahwa pemerintah kian terperosok dalam jebakan skenario asing, yang membuat masa depan negeri ini makin tergadai dan membuat penjarahan kekayaan alam milik rakyat oleh asing aseng berlangsung legal. Angka utang Indonesia hingga akhir tahun ini makin menumpuk, investasi asing di sektor usaha strategis hingga mikro justru dibuka lebar-lebar. Kebijakan soal masuknya tenaga kerja asing pun kian mempersempit peluang rakyat untuk memperoleh pekerjaan.
Penerapan Sistem Demokrasi Melahirkan Berbagai Kerusakan
Di bidang politik, penerapan sistem demokrasi pun makin menampakkan kebobrokannya. Kasus-kasus korupsi terus bertambah dan mencuat ke permukaan media, hingga tercatat 41 orang anggota DPRD di Malang tertangkap akibat korupsi secara bersama-sama. Intrik politik, termasuk politik pencitraan dan politik adu domba begitu dirasakan, apalagi memasuki tahun 2019 sebagai tahun politik.
Kezaliman demi kezaliman terus terjadi, persekusi ulama dan kriminalisasi ajaran Islam, label radikal dan teroris dengan mudah dilekatkan pada mereka yang kerap mengkritisi pemerintah dan lantang menyerukan perubahan ke arah Islam, pembungkaman suara-suara kritis, dan seruan terhadap Islam gencar dilakukan dengan berbagai upaya seperti membujuk mereka dengan harta dan kekuasaan, hingga upaya pembubaran paksa Ormas Islam (seperti yang dialami HTI), kasus pembakaran bendera tauhid yang memicu protes rakyat, termasuk dalam bentuk aksi bela Islam 212 2018 yang melibatkan jutaan orang.
Permasalahan lainnya juga seperti kerusakan moral generasi muda, kriminalitas, kasus narkoba, pornografi, meningkatnya komunitas LGBT di berbagai daerah, kasus kekerasan terhadap keluarga, anak dan perempuan terus terjadi tanpa ada penyelesaian yang tuntas, dan berbagai permasalahan lainnya yang terjadi di tahun 2018.
Semua problem yang terjadi sepanjang tahun 2018 adalah tahun kesedihan bagi umat islam. Kedzaliman demi kedzaliaman, kedurhakaan terjadi dengan telanjang hingga mengundang berbagai peringatan dari allah SWT. Kedurhakaan inilah yang menjadi pemicu bencana demi bencana yang juga mewarnai peristiwa di tahun 2018. Banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus, puting beliung, hingga tsunami tak kunjung usai memorak-porandakan segalanya.
Saatnya Kembali Pada Hukum Allah
Jika direview kembali segala peristiwa yang terjadi tidak terlepas dari peringatan Allah SWT bahwasanya penerapan sistem sekuler demokrasi yang menafikan peran Allah SWT (agama) dalam kehidupan, serta memberikan hak membuat hukum pada akal manusia yang lemah dan terbatas. seperti halnya peringatan Allah SWT, bahwasanya haruslah kita mengambil; hukum berdasarkan yang telah ditetapkan-Nya, karena semua itu akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Jika kesadaran ini telah dimiliki maka sesungguhnya ketaatan dan ketundukkan terhadap hukum-hukum Allah SWT dapat diwujudkan.
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan“. (QS. Thoha : 124-126).
Selayaknya umat fokus dan lebih giat berjuang mewujudkan perubahan hakiki. Yakni dengan menumbangkan sistem sekuler demokrasi yang kufur dan menggantinya dengan sistem Khilafah Islam. Dengan menerapkan semua hukum Allah SWT dalam naungan khilafah, maka hal ini akan menjamin dan mengundang kebaikan dan keberkahan dari Allah SWT.
Hal ini membutuhkan upaya dari kita semua untuk terus berjuang dan berdakwah, dengan dakwah fikriyah dan jamaiyyah inilah, umat dipahamkan dengan akidah yang lurus, disertai pemahaman tentang konstruksi hukum-hukum Islam sebagai solusi kehidupan. Sehingga akan tergambar pada diri umat bahwa tak ada yang bisa membawa mereka pada kesejahteraan hakiki dan keberkahan hidup selain dengan menerapkan hukum-hukum Islam.
Wallaahu a’lam bish shawwab.
Komentar