Relawan Membuatku Candu

Artikel Lepas350 views

Piska Yunita bersama murid-murid sekolah dampingan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan. Foto: Piska Yunita.

Tidak banyak orang yang bisa menikmati nikmatnya menjadi seorang relawan. Mungkin saja hanya segelintir orang yang bisa menikmati dirinya sebagai relawan. Menjadi relawan bukan tentang seberapa kali ikut menjadi relawan. Bukan tentang itu, tapi keikhlasan yang ditekuni sejak mengikhlaskan dirinya menjadi relawan. Apa yang dilakukan dengan niat tulus dan ikhlas menikmati profesinya sebagai relawan. 

Aku sendiri adalah Konsultan Relawan Sekolah Literasi Indonesia (SLI). Banyak hal yang tak terduga semenjak mengikuti program SLI. Contohnya pada pengembangan diri, publik speaking. Dari yang tadinya grogi klau berbicara di depat umum, kini di SLI kita dituntut untuk bisa. Saya berfikir ikut SLI ini adalah keluar dari zona nyaman, dari yang sikap cuek dan tidak terlalu peduli dengan keadaan, sekarang dituntut untuk memposisikan diri agar kita bisa masuk ke dunia orang lain. Tidak mudah memang, tetapi saya seperti ditantang agar menyesuaikan diri dan mampu membawa orang yang di sekolah merasakan dampak apa yang mereka rasakan ketika ada saya.

Foto: Piska Yunita.

Proses pendekatan dengan lingkungan baru tidaklah mudah. Tetapi dengan tekad, niat yang baik, dan ikhlas agar guru-guru dampingan SLI khusunya di penempatan, ada perubahan positif untuk meningkatkan performance sekolah maupun guru. Tujuannya agar kualitas peserta didik semakin meningkat.

Ikut SLI kita juga belajar. Belajar memahami orang lain, belajar menerima lingkungan sekitar, dan belajar menerima budaya yang ada.

Berada di sini, serasa memiliki keluarga kedua di tanah rantauan. Walaupun sebelumnya tidak tahu siapa mereka, sejak menjadi relawan saya merasakan banyak saudara yang saya dapati. Luar biasa nikmatnya menjadi seorang relawan, ketika rasa syukur ini Allah balas dipertemukan dengan orang-orang baik.

Saya juga menikmati indahnya kampung orang, mulai dari bahasa, budaya, serta makanan khas dari daerah tersebut. Wisata yang ada di daerah penempatan juga tak kalah bagusnya. Apalagi dengan budaya dan makanan yang ada, yang selama ini tak terbiasa ada di daerahku, ternyata di sini diolah menjadi makanan yang enak. Bahasa daerah di sini tidak kalah menariknya, yang dulu tak terbiasa mengucapkan sekarang menjadi terbiasa. Sungguh menjadi seorang relawan kita dituntut untuk banyak belajar. Walaupun pada dasarnya kita hadir berbagi dan mengajar, tetapi sejatinya kita sedang belajar.

Perjalanan menjadi relawan akan menjadi bagian kisah hidup yang terbungkus menjadi kado indah. Pengalaman ini membuatku sadar dan semakin bersyukur. Menjadi relawan membuatku candu.

Piska Yunita, Konsultan Relawan Sekolah Literasi Indonesia (Kawan SLI) Kabupaten Konawe Selatan

Komentar