Suatu Masa Di sebuah Pondok

Artikel Lepas310 views
Foto : Dedi Hadiarto, S.Pd

PORTALSULTRA.COM – Bagi saya weekend adalah sebuah hari yang dinanti–nanti kedatangannya. Bagaimana tidak, karena hanya hari itulah saya bisa beraktifitas lebih banyak di luar sekolah. Yah.. menjadi guru di sekolah Islam itu full day, jadi ingin juga rasanya untuk sekedar menghirup udara segar di luar sana dengan berbgai macam kegiatan.

Alhamdulillah, weekend ini saya bisa bersama santri–santri hebat dari pondok Pesantren Al-Bukhori Wesalo. Sebuah pondok yang terletak di sebuah lembah dengan dikelilingi oleh bukit–bukit yang mencakar langit. Sungguh takjub pemandangan di sana, di halaman depan mata saya dimanjakan dengan hamparan yang menghijau luas. Ini adalah kali pertama saya berkunjung, rasa lelah beraktifitas satu pekan seketika lunas terbayarkan oleh sajian alam ciptaan Allah SWT. yang menyejukkan mata.

Kedatangan saya disini tentu tidak sekedar jalan–jalan saja, tetapi juga saya ingin menimba ilmu bersama orang–orang hebat di sana. Memang sih , peran saya adalah sebagai pemateri pada acara Training Anggota Lembaga Dakwah Sekolah. Tapi bagi saya ini adalah ilmu baru yang dapatkan, karena dengan ini saya jadi lebih paham materi tentang muwashofat tarabiyah, karena dengan ini saya lebih paham materi tentang Fiqh Prioritas. Sungguh weekend yang produktif.

[irp posts=”2160″ name=”Dana Terbatas Tapi Pengen Punya Rumah? BRI Syariah Kendari Solusinya”]

Pagi hari saya mulai mengamati aktifitas para santri penghuni pondok. Saya pandangi setiap sudut–sudut pondok sambil berjalan mengelilingi halaman pondok. Terlihat ada satu santri yang sedang berbaring di pinggir lapngan upacara. Perlahan saya dekati santri itu dan duduk di sampingnya, sambil menyapanya.

Dari situ saya tahu namaya adalah Abdul Rahman, santri cilik dari Tangketada yang baru kelas VII MTs. Sambil memandangi alam sekitar pondok saya banyak bercerita dengannya. Anaknya lucu polos tapi komunikatif. Mulai dengan cerita perasaannya di pondok  sampai aktifitas kesehariannya di pondok.

Dari cerita–ceritanya Rahman cukup nyaman berada di pondok. Saat ditanya alasannya dia menjawab lebih terjaga ibadah–ibadahnya. “disini selalu ada yang bangunkan sholat, tidak sama dengan di rumah” jawab Rahman dengan nada suara khasnya yang serak. Saya cukup bergetar mendengar jawabannya. Anak seusia dia sudah bisa merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah. Dia juga pernah terlibat dalam kegiatan penggalangan dana dengan terjun langsung ke masyarakat menjual kalender dari rumah ke rumah. Sungguh anak yang luar biasa.

[irp posts=”2129″ name=”Tingkatkan Program KKBPK, BKKBN Sultra Bedah Kampung di Konut”]

Kemudian disaat yang lain, mataku tertuju kepada para santri yang mengenakan kalung dari pipa 3 inchi sepangjang 1 jengkal berisi campuran semen. Kemana mana selalu dibawa, ketika sholat juga ketika main di lingkungan pondok. Di antara mereka ada yang terlihat kelelahan membawa kalung tersebut. Setelah saya tanyakan kepada pengurus pondok ternyata itu adalah punishment bagi santri yang melanggar tata tertib pondok.

Sungguh syahdu suasana di pondok ini, para santrinya bisa hidup berdampingan, rukun dan saling menghargai satu sama lainnya. Jam 3 subuh para santri sudah berada di masjid pondok untuk melaksanakan ibadah–ibadah sunnah, qiyamullail, dzikir al matsurat, dan halaqoh subuh.

Oleh : Dedi Hadiarto., S.Pd

Komentar