Sesi foto bersama usai penyerahan benih Inpari 43 kepada Kadis Tanaman Pangan dan Peternakan Koltim, Kepala Desa, dan peserta bimtek. Foto: Istimewa
Kolaka Timur – Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2019 semakin fokus dengan program strategis peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) bidang pertanian dan menumbuhkan petani dari generasi milenial. Kementan menargetkan bisa mencetak 1 juta petani muda yang diperkirakan tergabung dalam sekitar 40 ribu kelompok tani milenial, meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan.
Gerakan petani milenial diharapkan dapat mengubah pola pikir dan meningkatkan kapasitas seorang petani kearah yang lebih modern. Semangat milenial yang dianggap fasih mengadopsi teknologi dalam beragam aspek bisnis diprediksi akan membawa pembaruan dalam pembangunan pertanian kedepan.
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi cukup besar menumbuhkan petani milenial dan disiapkan menjadi lumbung-lumbung baru terutama pada sektor tanaman pangan komoditas tanaman padi. Dalam rangka mendukung program strategis tersebut, Balitbangtan Besar Besar (BB) Penelitian Tanaman Padi dan BPTP Sultra melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Petani Milenial tentang Inovasi Teknologi Budidaya Padi. Kegiatan bertempat di Balai Desa Wungguloka Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Rabu (18/9/2019).
Kegiatan dihadiri Kepala BB Padi diwakili Kepala Bidang KSPHP, Kepala Balitbangtan BPTP Sultra diwakili Kepala Seksi KsPP, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Koltim, Kepala Desa Wunggulako, Penyuluh, dan Peneliti. Kegiatan diikuti oleh 60 orang petani milenial Kolaka Timur.
Kepala Seksi KsPP Balitbangtan BPTP Sultra Dr. Abdul Wahab, SP, MP mengatakan, salah satu tugas dari BPTP yaitu melaksanakan bimbingan teknis dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
“Kementerian Pertanian pada tahun 2019 mempunyai program pendampingan petani milenial dengan tujuan untuk menumbuhkan generasi muda dalam peningkatan produktivitas di bidang pertanian menuju petani moderen,” kata Abdul Wahab.
Kepala Bidang KSPHP BB Padi Dr. Suprihanto menyampaikan, kegiatan bimtek bertujuan untuk peningkatan SDM serta mendekatkan inovasi teknologi ke pelaku utama yaitu petani.
“Kegiatan ini lebih fokus pada inovasi teknologi perbenihan dan budidaya padi,” kata Suprihanto.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Lasky Paemba, SP., M.Si dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih serta apresiasi kepada Balitbangtan yang telah menempatkan kegiatan Bimtek Petani Milenial di wilayahnya.
“Kabupaten Koltim memiliki sawah eksisting seluas 14.758 ha dan cetak sawah baru dengan luas 200 ha,” ujar Lasky.
“Petani merupakan pahlawan pangan karena selalu berusaha menjaga kestabilan pangan di suatu daerah. Harapannya dengan kegiatan ini peserta lebih mengetahui inovasi teknologi baru terhadap budidaya padi sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya,” lanjutnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi dari BB Padi. Materi terdiri dari pengenalan inovasi teknologi budidaya padi (Ir. Agus Guswara), pengendalian hama dan penyakit utama (Dr. Suprihanto) serta produksi dan sertifikasi benih (Mira Landep Widiastuti, M.Si).
Ir. Agus Guswara dalam materinya menyampaikan bahwa inovasi teknologi yang terpenting dalam upaya hasil produksi tinggi diantaranya adalah penggunaan varietas unggul baru hasil tinggi spesifik lokasi, penerapan pupuk spesifik lokasi, sistem pengairan, pengenalan OPT dengan SL-PHT, dan teknologi budidaya lainnya.
Untuk memunculkan potensi yang dimiliki oleh suatu varietas padi, perlu didukung dengan penerapan teknologi budidaya yang didalamnya termasuk pengendalian hama dan penyakit padi.
Kunci utama dalam pengendalian hama dan penyakit padi yang disampaikan oleh Dr. Suprihanto adalah dengan monitoring keberadaan hama penyakit sejak dini, penggunaan varietas tahan, dan memanipulasi kondisi lingkungan agar tidak mendukung perkembangan opt tersebut. Agar kondisi lingkungan tidak sesuai utk perkembangan opt, antara lain dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam, pengairan berselang untuk mengurangi kelembaban di pertanaman.
Selain itu, penggunaan pupuk khususnya N sesuai kebutuhan tanaman karena pada prinsipnya hama dan penyakit padi sangat responsip dengan penggunaaan N berlebih.
Dalam materi produksi dan sertifikasi benih, Mira Landep Widiastuti, M.Si menyampaikan bahwa, dengan latar belakang karakter petani milenial adalah mudah mengadopsi teknologi, adaptif dalam pemahaman teknologi digital maka diharapkan mereka mampu membuat benih secara mandiri bahkan mampu memproduksi benih bina yang bersertifikat. Benih mandiri lebih mudah dan tidak perlu dilakukan proses sertifikasi di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dibandingkan dengan Benih Bina bersertifikat.
Peserta sangat antusias mengikti kegiatan bimtek, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Selain diskusi dan tanya jawab, Bimtek juga dikemas dengan kegiatan penyerahan benih inpari 43 kepada Dinas Tanaman Pangan dan Petrnakan Koltim, Kepala Desa, dan peserta bimtek. Inpari 43 mempunyai keunggulan tahan terhadap penyakit tunro, blas dan hawar daun dan potensi hasil 9.02 ton/ha (MN).
bni/adv
Komentar