Peresmian pencanangan pemancangan tiang pertama pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) feronikel PT CNI. Foto: Ewit/ Diskominfo Sultra.
Kolaka – Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar dan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi meresmikan pencanangan pemancangan tiang pertama pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) feronikel PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) di Samaenre, Wolo, Kabupaten Kolaka, Sabtu (15/6/2019).
Hadir dalam acara peresmian tersebut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin dan Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM Akhmad Syakhroza.
Baca juga: Bangun Konstruksi Smelter, PT. CNI Percayakan BUMN
“Smelter yang tengah dibangun PT CNI menggunakan teknologi RKEF atau rotary kiln electric furnace yang terdiri dari 4 tanur listrik jenis rectangular, yang pertama di Indonesia, masing-masing berkapasitas 72 MVA dengan total investasi sebesar 993 juta dollar Amerika Serikat atau setara Rp14.5 triliun,” kata Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata dalam keterangan tertulisnya.
Dalam pelaksanaan proyek ini, PT Ceria menggandeng PT PP (Persero) untuk pembangunan gedung pabrik peleburan feronikel serta infrastruktur pendukung. PT Ceria juga menggandeng ENFI dari BUMN China untuk rancangan rekayasa serta pemasangan peralatan utama pabrik peleburan feronikel. Sedangkan kebutuhan listrik sebesar 350 MW akan dipasok oleh PT PLN (Persero).
“Ini merupakan kerja sama pembangunan proyek smelter yang pertama di Indonesia antara perusahaan nasional, BUMN Indonesia, dan BUMN China,” jelas Derian.
Untuk mendukung program pemerintah dalam pengembangan mobil listrik, PT CNI juga telah menyelesaikan studi kelayakan untuk membangun proyek hidrometalurgi dengan investasi 973 juta dollar Amerika Serikat atau setara Rp13 triliun untuk menghasilkan kobalt, komponen utama baterei mobil listrik.
“Proyek pembangunan smelter ini merupakan ikhtiar kami dalam memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada bangsa dan rakyat Indonesia terutama untuk turut serta membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat,” tambah Derian.
Dijelaskannya, ada 3 kontribusi langsung bagi kesejahteraan masyarakat. Pertama, pembayaran pajak dan non pajak senilai 1,93 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp28 triliun selama 20 tahun pertama operasi smelter. Kedua, penggunaan 5.000 tenaga kerja yang sebagian besar direkrut dari putera-puteri daerah Kolaka dan Sultra. Ketiga, program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat sekitar Rp10 miliar per tahun.
Untuk diketahui, PT CNI mengoperasikan tambang nikel berdasarkan izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) yang diterbitkan pada 2012. PT CNI mempekerjakan sekitar 1400 karyawan yang mayoritas direkrut dari Kabupaten Kolaka. Pada 2018 PT CNI membayar pajak dan non-pajak sebesar Rp149 miliar dan membelanjakan Rp10 miliar untuk program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
bni/bni
Komentar