Oleh: Mardin Ali Hilman (Mantan Ketua KAMMI Daerah Kendari/Pengamat Poltik dan Perubahan Sosial)
Bukan satu hal yang baru lagi jika kita dikagetkan dengan lontaran kata merdeka dari mulut-mulut orang Papua. Hal ini sudah terjadi sekian lama hanya saja untuk tahun 2019 ini kata itu lebih bergelora dan membakar semangat, serta memicu gerakan kebangkitan juga kesadaran setiap individu Papua. Berawal dari pemukulan mahasiswa Papua dan lontaran kata serta kalimat penghinaan di Surabaya asrama anak Papua. Menurut saya, ada dua kemungkinan yaitu setingan atau provokasi.
Kalau kita melihat asbab pemukulan ataupun mempelajari akar masalahnya, ternyata adalah ditemukannya bendera merah putih di got depan asrama Papua yang diduga, para mahasiswa Papua lah yang membuangnya atau dengan sengaja menjatukan sang merah putih di got. Di lain sisi jika kita mengambil kesimpulan berdasarkan video yang diambil oleh mahasiswa Papua, terekam seorang melontarkan kata monyet berkali-kali maka bisa kita simpulkan untuk sementara ini adalah provokasi.
Mengingat seberapa tingginya ras malanesia ini untuk merdeka lepas dari Indonesia dengan berbagai macam konflik, yang menurut mereka adalah pengalaman pilu seperti tragedi Biak. Maka aksi balas dendam adalah pilihan yang pas untuk mengusung kembali Papua merdeka.
Moment balas dendam ini terjadi bersamaan dengan aksi besar-besaran BEM se-Indonesia menyuarakan penolakan terhadap sejumlah RUU pemerintah. Jakarta panas Papua lebih panas. Satu pemicunya kenapa Papua membara yaitu Rasialisme.
Kemungkinan orang-orang Papua bosan dengan perilaku masyarakat Indonesia yang sangat terlihat rasis terhadap Papua. Pendapat soal rasialisme ini tidak bisa kita pungkiri bahwa pemerintahan Indonesia sejak tahun 1969 dianggap pemerintahan berdasarkan rasialisme oleh masyarakat Papua.
Tidak perlu berpanjang lebar, seharusnya kita Indonesia perlu belajar kembali soal tata krama memperlakukan manusia apalagi terhadap masyarakat bumi Papua. Tidak bisa dipungkiri bahwa, Papua merupakan salah satu sumber pendapatan negara Republik Indonesia. Untuk pemerintah juga seharusnya melakukan pencerdasan tanpa henti kepada seluruh masyarakat Indonesia, bahwa Papua bukan untuk dihina dan direndahkan tapi untuk ditinggikan.
Sekarang Indonesia akan berkerja lebih keras lagi untuk kembali menanamkan pada masyarakat Papua agar ikhlas mencintai NKRI. Hapuskan rasialisme karena rasialisme terhadap masyarakat Papua berarti siap melepas Papua untuk merdeka.
Komentar