New Normal yang akhir akhir ini diwacanakan, menyisakan banyak pertanyaan. Salah satunya para orang tua yang bertanya tanya akankah kementrian pendidikan juga akan membuka sekolah sekolah dalam waktu dekat?
Meskipun akhirnya kemendikbud menyatakan bahwa tahun ajaran baru tetap dimulai pada bulan Juli dan sekolah dengan tatap muka hanya dibuka di wilayah yang termasuk zona hijau.
Terjadi pro dan kontra terkait pembukaan sekolah disaat grafik covid 19 masih dalam posisi menanjak. Salah satunya survai yang dilakukan KPAI dimana 80% siswa setuju sekolah segera dibuka. Sementara 80% orang tua justru menolak sekolah dibuka dalam kondisi covid 19 belum bisa teratasi seperti saat ini.
Kekhawatiran para orang tua saya kira wajar, mengingat data yang dirilis Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan bahwa jumlah anak yang terkonfirmasi posotif corona sebanyak 584 kasus, PDP anak tercatat kurang lebih 3.400 anak. Kasus anak positif covid 19 yang meninggal sebanyak 14 anak dan angka ini tertinggi se ASEAN. Sementara kasus anak meninggal dengan status PDP sebanyak 129 anak.
Angka diatas menyadarkan kita semua bahwa anggapan kita selama ini bahwa anak anak adalah segmen masyarakat yang paling aman dari penularan covid 19 tak sepenuhnya benar. Oleh karenanya perlu kehati hatian bagi semua pengambil kebijakan agar pembukaan sekolah tidak kemudian menjadi pemicu ledakan kasus covid 19.
Di Indonesia saat ini ada lebih dari 300.000 sekolah dan 45,3 juta peserta didik dari SD hingga SMA. Jika kebijakan pembukaan sekolah tidak dilakukan dengan hati hati dan mempertimbangkan saran, masukan para pakar pendidikan dan para dokter spesialis anak bisa jadi sekolah justru akan menjadi cluster baru penularan covid 19 di Indonesia.
Belum lagi jika kita bicara kegiatan belajar mengajar di Pesantren. Dimana saat ini ada sekitar 28.000 pesantren dengan 18 juta santri. Ini perlu kehatia hatian ekstra mengingat santri datang dari berbagai wilayah di Indonesia baik dari zona hijau, kuning bahkan merah. Para santri 24 jam non stop tinggal bersama di pesantren. Pastilah resiko penularan jauh lebih besar.
Oleh karenanya, pembukaan sekolah di tahun ajaran baru ini perlu mendengar masukan banyak pihak. Tak hanya mempertimbangkan sisi ekonomi atau sosial benefitnya saja tetapi juga harus dipikirkan secara matang sosial cost-nya. Lebih dari itu, kehati-hatian dalam pembukaan sekolah di tahun ajaran baru adalah tentang menjaga generasi. Terlalu beresiko mempertaruhkan nasib generasi mendatang hanya untuk memenuhi hasrat ekonomi semata.
Tri Kaeksi
Ibu dari 3 anak, anak pertama nyantri di pondok, anak kedua full day school, anak ketiga masuk TK tahun ini insha Alloh.
Komentar