Liberalisme Ciptakan Kebebasan

Opini1,385 views

Oleh: Rima Septiani (Pemerhati Remaja Sultra)

Setelah beberapa waktu lalu kemunculan film remaja Dua Garis Biru dan The Santri yang menuai protes, pro kontra Lathi Chalenge kini sedang ramai menjadi perbincangan. Lathi Challenge adalah tantangan untuk merias wajah menyerupai karakter wanita seram dalam video klip lagu “Lathi” oleh Weird Genius.

Saking viralnya lagu tersebut, orang-orang berlomba-lomba merias wajah mereka. Bahkan tren ini sampai merambah ke negeri jiran, Malaysia. Hal ini diperparah dengan banyaknya para Muslimah yang berlomba-lomba untuk merias wajah mereka untuk memviralkan lagu “Lathi” tersebut. (www.suara.com/6/6/2020)

Kemunduran Berpikir Generasi Muda

Kebobrokan kaum muda negeri ini semakin menjadi-jadi. Kemunduran dan sikap membebek kaum muda mengisyaratkan ada yang salah pada pembentukan karakter generasi bangsa ini. Berbagai macam tontonan tidak mendidik justru dijadikan tuntunan dalam memilih gaya hidup. Atas nama trend, mereka rela untuk menabrak hukum Allah dengan melakukan segala macam maksiat online secara terang-terangan.

Alhasil, petaka pun menggorogoti kepribadian mereka. Betapa banyak kemungkaran yang dilakukan para generasi muda saat ini. Masalah sosial dan dekadensi moral menjadi perhatian serius bagi mereka. Betapa banyak kasus-kasus di luar nalar yang menimpa kaum muda saat ini. Aborsi, narkoba, pembegalan, seks bebas dan lain sebagainya menjadi langganan rutin bagi generasi +62.

Sikap kita ketika menyaksikan kemaksiatan yang menjadi-jadi mestilah berpikir untuk merubahnya, bukan malah turun serta mendukungnya. Idealnya seorang Muslimah tidak akan terpengaruh dengan turut serta merias wajah dengan make up menyeramkan ala Lathi Chalenge tersebut. Hal ini justru menampakan sisi dari tabaruj.

Lathi Chalenge bisa saja dianggap sebagai hiburan bagi sebagian mereka yang pro terhadapnya, namun sebagai umat Muslim kita tentunya tidak mengedepankan hawa nafsu untuk ikut memviralkan gaya make up ini. Seorang Muslim tentunya paham masalah dosa dan pahala yang mengikat aktivitasnya. Kita tentunya hati-hati dan waspada terhadap perbuatan yang menabrak hukum Allah. Meskipun hiburan adalah suatu kebolehan yang dapat dilakukan oleh seseorang , namun hukum syariat wajib menjadi standar dalam memilih perbuatannya tersebut.

Di sisi lain, kita juga harus sadar bahwa segala pemikiran asing yang menjauhkan umat dari aturan agamnya justru semakin ditampakkan oleh pembenci Islam. Ide sekularisme, liberalisme, hedonisme, materialisme menjadikan generasi saat ini memilih bersikap apatis dan pragmatis.

Keringnya aspek ruhiyah dan ketidakpedulian terhadap aturan diakibatkan oleh paham ide liberalisme yang menjadikan mereka merasa bebas dengan aturan Allah. Agama dianggap sebagai aturan yang mengekang kebebasan mereka dalam berbuat sesuatu. Alhasil, mereka justru membuang aturan agama atas nama kebebasan. Inilah penyakit umat saat ini.

Kebebesan berperilaku justru menjadi hal yang diagung-agungkan saat ini. Dengan dalih trend dan maksud mendapatkan follower yang banyak, mereka rela bertabaruj dengan merias wajah mirip wanita seram. Padahal, bertabaruj adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam dan merupakan kebiasaan kaum Kafir.

Selain itu, kemunculan Lathi Chalenge ini justru membuat akidah kaum Muslim terusik. Kita pasti merinding ketika melihat hasil make up gaya hantu yang menjadi pendukung dari lagu tersebut. Terbilang menyesatkan karena mempropagandakan kemaksiatan dari perilaku terlarang yang dianggap biasa.

Oleh karena itu perbaikan terhadap moral para generasi muda haruslah sedini mungkin dilakukan. Mengingat generasi muda merupakan pelanjut estafet peradaban yang gemilang.

Bercermin pada Generasi Islam

Islam melindungi generasi muda dari segala kerusakan moral dan perbuatan maksiat secara komprehensif. Generasi muda dibina dengan Islam hingga terwujud ketaqwaan yang akan membentuk kepribadian Islam.

Sistem Islam dibangun atas tiga pilar penyangga utama yang akan menjamin penjagaan akhlak generasi. Dengan demikian, tontonan-tontonan yang mengancam aqliyah (Pola pikir ) maupun nafsiyah (Pola sikap) generasi muda akan diberantas secara tuntas.

Dalam sejarah peradaban Islam, generasi muda adalah aset yang mahal dan tak ternilai harganya. Mereka digelari sebagai agent of change yaitu menjadi tokoh utama dalam melakukan suatu perubahan. Kaum muda memiliki potensi yang bisa diharapkan. Mereka memiliki semangat yang sulit dipadamkan. Terlebih pemuda adalah peletak bangkitnya peradaban gemilang yaitu peradaban Islam. Maka kokohnya sebuah peradaban berawal dari kuatnya pemikiran, ilmu dan ketakwaan para pemudanya.

Dan hanya  penerapan sistem Islam secara Kaffah yang mampu membuktikan semuanya itu, dengan melihat bukti bahwa Islam sudah berjaya selama 1400 tahun lalu.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita selamatkan akhlak generasi bangsa ini dari kerusakan tontonan yang menciptakan kerusakan akhlak dengan menciptakan tatanan kehidupan Islam dengan dakwah yang meluas. Hingga tegaknya Islam di muka bumi ini sebagai pengatur seluruh urusan umat Islam.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 110 yang artinya, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”

Wallahu ‘alam bi ash shawwab.

Komentar