Tim gelar teknologi kakao, Imran (eks HPS), saat melakukan kunjungan di Desa Puudambu, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan. Foto: Istimewa.
Kendari – Hari Pangan Sedunia (HPS) ke–39 yang digelar di Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2—5 November 2019, ternyata menyisakan inovasi teknologi kakao yang masih diadopsi oleh petani di Desa Puudambu, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan.
Pasca pelaksanan HPS, Badan Litbang Pertanian sebagai penanggungjawab kegiatan tak henti mengawal dan mendampingi petani kakao di Puudambu, dan alhasil memberi dampak pada produktivitas kakao saat ini.
Tim gelar teknologi kakao, Imran SP MP, (Eks HPS-39) melakukan kunjungan di Desa Puudambu sebagai eks lokasi HPS, Senin (20/4). Dalam kesempatan itu, Imran menyampaikan bahwa, saat ini di lokasi eks gelar teknologi, petani merasa senang karena pada musim ini hasil kakao meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Ditempat terpisah, Kepala Balitbangtan BPTP Sultra Muhammad Sidiq STP MM membenarkan perkembangan kakao eks lokasi gelar teknologi kakao HPS.
“Sangat menggembirakan, buahnya lebat dan sehat serta bersih. Dipandang kasat mata terkesan tanaman terbebas dari hama dan penyakit,” katanya, Rabu (22/4/2020).
Muhammad Sidiq menjelaskan, pasca pelaksanaan HPS, Balitbangtan BPTP Sultra intens melakukan kunjungan ke lokasi eks gelar teknologi, tidak lain untuk mengamati perkembangan tanaman kakao setelah kegiatan HPS. Kunjungan dilakukan pada saat kakao mulai berbuah dan memasuki puncak panen pada Mei dan Juni.
“Sangat memuaskan dan senang dengan buah kakao yang sangat lebat dan sehat,” katanya.
Haji Ambo Masse, salah satu petani kakao juga ketua kelompok tani di Desa Puudambu yang memiliki lahan seluas 4 ha sebagai eks lokasi gelar teknologi kakao, merasa senang dan bersyukur. Menurutnya, selepas HPS, tanaman kakao dapat tumbuh subur, berbuah lebat, dan para petani dapat panen setiap minggunya.
“Petani sangat berterima kasih kepada Badan Litbang khususnya BPTP Sultra yang telah melakukan pendampingan inovasi teknologi pada saat pelaksanaan HPS dan pasca HPS,” kata Masse.
“Saat ini kami terus mengadopsi inovasi teknologi yang telah diterapkan pada tanaman kakao, sehingga para petani dapat menikmati hasil panen yang meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya, dan hal ini berdampak pada pendapatan yang kami peroleh,” tuturnya.
Untuk diketahui, hasil panen tahun sebelumnya mencapai 1—1,5 ton/ha dan tahun ini diperkirakan dapat mencapai 2—3 ton/ha dari potensi hasil yang ada.
Sementara itu, Prof Dr Rubiyo MSi melalui sambungan telepon sangat bersyukur dengan capaian para petani di Puudambu. Raihan tersebut, kata Rubiyo, diperoleh dengan kerja keras, tekun, sabar, dan ikhlas selama empat bulan bersama tim Balitbangtan BPTP Sultra, penyuluh dan petani dalam melakukan pendampingan inovasi teknologi.
“Beberapa inovasi teknologi yang dintroduksi pada saat pelaksanaan gelar teknologi tanaman kakao antara lain pemangkasan produksi, pemupukan berimbang (organik dan anorganik), pemangkasan pemeliharaan, penyerbukan, pengendalian hama dan penyakit, pembuatan rorak, penataan tanaman penanung, dan pemasakan buah serempak,” ujarnya.
“Saat ini inovasi teknologi Balitbangtan tersebut terus diadopsi oleh petani Desa Puudambu sehingga hasil tanaman kakaonya sangat memuaskan dan berdampak pada kesejahteraannya. Petani akan selalu mengenang apa yang menjadi kebanggaan karena petani merasakan manfaatnya,” tuturnya.
“Ayo petani kakao Indonesia maju dan terus semangat agar kakao Indonesia menjadi nomor satu di dunia,” katanya.
bni/bni
Komentar