Peran Negara dalam Mencetak Guru Berkualitas

Opini209 views

Oleh : Indryani Putri (Mahasiswi Ilmu dan Teknologi Pangan UHO)

Belum lama ini hiruk pikuk wacana untuk “Mengundang guru dari luar negeri dan menjadi tenaga pengajar di Indonesia”, digaungkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.

Seperti yang dilansir tirto.id pada tanggal 12/5/2019 bahwa, menurut Puan, saat ini Indonesia sudah bekerja sama dengan beberapa negara untuk mengundang para pengajar, salah satunya dari Jerman. Lebih lanjut, Puan mengatakan jika para tenaga pengajar asing tersebut mengalami kendala bahasa, mereka akan diberi fasilitas penerjemah serta perlengkapan alih bahasa.

Sekilas terlihat membanggakan. Bagaimana tidak, ketika orang berkulit putih yang dianggap memiliki ilmu dengan kualitas terbaik yang diprediksi mampu menyelesaikan problematika terkait rendahnya kualitas tenaga pendidik, hendak diundang ke Indonesia sebagai seorang guru. Sungguh menggelikan, secara tidak sadar dengan mengundang tenaga pendidik dari luar, jelas menunjukkan bahwa negeri ini belum mampu mencetak guru-guru berkualitas, sebab pendidikan terjebak dalam belenggu ideologi Demokrasi-Kapitalisme  yang menjerumuskan manusia menjadi robot, individualistik, serta menerobos semua aturan demi kepentingan sendiri.

Masih banyaknya penduduk Indonesia yang buta  aksara membuktikan bahwa negara saat ini memiliki sistem pendidikan yang jauh dari kata sempurna. Berbeda dengan sistem pendidikan dibawah naungan negara Islam, yang menjadikan firman Allah SWT. sebagai satu-satunya landasan dalam berperilaku, sehingga berhasil mencetak generasi tangguh, yang berkarakter kuat dan memiliki skill yang bermanfaat dalam kehidupan.

Sejarah telah mencatat bahwa periode klasik merupakan masa keemasan dan kejayaan Islam diberbagai bidang, termasuk sains dan pendidikan. Pada masa itu peradaban dan kebudayaan Islam mencapai puncak paling tinggi dan tidak tertandingi oleh bangsa mana pun.

Saat bangsa Eropa-Kristen masih buta huruf, umat Islam di Andalusia justru telah menjadi kaum terdidik dan terpelajar, bahkan tidak sedikit yang menjadi ilmuwan prolifik dengan karya-karya besar dan bermutu tinggi.

Sistem pendidikan Islam menjadikan akidah Islamiyah sebagai dasarnya. Karena itu keimanan dan ketakwaan juga akhlak mulia akan menjadi fokus yang ditanamkan pada tenaga pendidik. Halal haram akan ditanamkan menjadi standar. Dengan begitu guru yang berkualitas dapat lahir dan dapat menyebarkan ilmu kepada intelektual.

Untuk mewujudkan semua itu, Islam menetapkan bahwa negara wajib menyediakan pendidikan yang baik dan berkualitas secara gratis untuk seluruh rakyatnya. Daulah Islamiyah wajib menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan. Membangun gedung-gedung sekolah maupun kampus, menyiapkan buku-buku pelajaran, laboratorium untuk keperluan pendidikan dan riset, serta memberikan tunjangan penghidupan yang layak baik bagi para pengajar maupun kepada para pelajar. Dengan dukungan paket aturan lain dalam  Islam lainnya khususnya dalam perkara ekonomi maka hal itu akan mudah direalisasikan.

Kondisi ideal akan terjadi bila ketakwaan dijadikan sebagai titik acuan dalam menjalani kehidupan didunia ini. Jadi tak perlu heran bila saat ini kerusakan, kebobrokan, ketidakadilan, terjadi dimana-mana sebab materi telah menjadi titik puncak untuk mencapai kebahagian tanpa memikirkan metode atau cara untuk mendapatkannya benar atau tidak.

Pusat kerusakan yang terjadi bila ditelisik lebih dalam bersumber dari sistem Negara yang melahirkan aturan-aturan pemicu kefasadan (kerusakan). Hanya sistem pendidikan dalam naungan Islam yang dapat melahirkan segala solusi yang tepat pada setiap masalah pendidikan.

Wallahua’lam bi ash-shawab.

Komentar