Bangun Sultra, Unilaki Tawarkan Konsep Smart Village

UNILAKI396 views
Rektor Unilaki Prof Laode Masihu Kamaluddin (kiri) saat mengikuti seri diskusi yang selenggarakan oleh Forum Jurnalis Sultra, Sabtu (10/6/2017)

KENDARI, PORTALSULTRA.COM – Desa yang mengalami perkembangan yang modern memang menjadi dambaan bagi setiap masyarakat di desa. Perkembangan desa akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi bukanlah hal yang mustahil dilakukan. Hal ini disampaikan Rektor Unilaki Prof Laode Masihu Kamaluddin saat mengikuti seri diskusi Forum Jurnalis Sultra, Sabtu (10/6/2017).

Dalam pemaparannya, Prof Masihu mengatakan bahwa, salah satu konsep yang dapat dilakukan untuk membangun Sultra kedepan yaitu dengan cara membangun dari desa melalui konsep Smart Village.

Usaha ini dilakukan bekerjasama dengan Pemda untuk menciptakan kegiatan ekonomi mandiri masyarakat, dengan pemanfaatan sumber daya alam khususnya sumber daya agraris.

Untuk sementara, kerja sama membangun Smart Village baru dilakukan di empat kabupaten yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Kolaka Timur sebagai daerah percontohan. Kolaka Timur akan dikembangkan komoditi cabai, Konawe Utara komoditi tomat, Konawe Komoditi padi dan Konawe Selatan pengembangan sapi.

“Unilaki adalah Universitas pertama di Indonesia yang menerapkan konsep Smart Village dengan menggunakan metode green house. Karenanya pekan depan, Universitas Sebelas Maret (USM) Surakarta akan belajar green house ke Unilaki. Mereka nyatakan tertarik memperdalam ilmu tentang green house di Unilaki,” katanya.

Selain itu, Mantan Rektor Unissula Semarang ini juga mengungkapkan, setiap desa memiliki dana desa, jika dana tersebut dikelola untuk membuat green house dengan mengembangkan komoditi cabai dan tomat, maka setiap kepala keluarga akan memiliki penghasilan mencapai Rp 6,6 juta perbulannya.

Untuk diketahui, pengembangan smart village melalui metode green house mulai diterapkan setelah dilakukannya kerjasama antara Unilaki dengan KOICA (Korea International Cooperation Agency), Walikota Yeongwol Korea dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Penulis: Benny Syaputra Laponangi

Komentar